Sentimen
Negatif (100%)
19 Sep 2024 : 07.40
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya

Jalani Bayi Tabung, Jessica Iskandar Cegah Kelainan Kromosom

19 Sep 2024 : 07.40 Views 18

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Hiburan

Jakarta, Beritasatu.com - Aktris Jessica Iskandar memilih teknologi preimplantation genetic testing for aneuploidies atau PGT-A untuk mencegah atau mengurangi risiko bayi lahir dengan kelainan kromosom saat menjalani program bayi tabung.

"Aku menggunakan teknologi PGT-A dalam program bayi tabung. Bersama suami, Vincent Verhaag, kami menjalani proses bayi tabung di Morula IVF Surabaya untuk memastikan embrio yang ditanamkan terhindar dari risiko kelainan kromosom," kata Jessica kepada wartawan pada Rabu (18/9/2024).

Kelainan kromosom merupakan kondisi genetik yang terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel selama pembentukan sperma atau sel telur. Akibatnya, bayi dapat lahir dengan jumlah kromosom tak normal yang berisiko menyebabkan berbagai penyakit bawaan, seperti down syndrome.

Setelah beberapa kali gagal hamil secara alami, Jessica dan Vincent akhirnya memilih teknologi PGT-A guna meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan mereka. Dari lima embrio yang dihasilkan, satu embrio yang paling sehat dipilih dan berhasil ditanamkan, sedangkan yang lain disimpan untuk masa depan.

“Awalnya aku sempat was-was, tetapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, saya yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ungkap Jessica terkait pengalamannya menjalani IVF dengan PGT-A.

Dokter obgyn Morula IVF Surabaya Benediktus Arifin mengungkapkan kelainan kromosom dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti keterlambatan perkembangan fisik, mental, serta cacat bawaan.

Ia pun menjelaskan beberapa jenis kelainan kromosom yang umum. Pertama, down syndrome (Trisomi 21). Bayi yang lahir dengan kondisi ini memiliki tiga salinan kromosom 21. Mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan intelektual dan fisik.

Kedua, kelainan kromosom sindrom turner. Kondisi itu terjadi pada wanita dan disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh kromosom X. Hal ini yang menyebabkan kemandulan serta masalah pendengaran dan penglihatan.

Ketiga ialah kelainan kromosom yang disebut sindrom klinefelter (XXY). Sindrom itu terjadi pada pria yang memiliki kromosom X tambahan, menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan disfungsi seksual.

Keempat, Trisomi 13 (sindrom patau) dengan kelainan yang menyebabkan cacat fisik dan intelektual berat serta kelainan organ seperti otak dan jantung. Faktor-faktor itulah penyebab kelainan kromosom.

Meski penyebab pastinya belum bisa ditentukan, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi.

Pertama, usia ibu hamil. Wanita yang hamil di usia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kromosom.

Kedua, paparan zat berbahaya. Konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan paparan zat kimia berbahaya selama kehamilan juga meningkatkan risiko kelainan kromosom.

Mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi walau tak sepenuhnya dapat dicegah, terdapat beberapa langkah yang bisa diambil oleh calon orang tua untuk mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom.

Dr Benny menjelaskan teknologi PGT-A adalah salah satu solusi untuk mendeteksi kelainan kromosom sebelum embrio ditanamkan ke rahim ibu. Dengan teknologi itu, embrio yang dihasilkan melalui proses bayi tabung diperiksa secara genetik untuk memastikan kromosomnya normal.

Hal itu membantu mengurangi risiko keguguran dan meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat. Selanjutnya, konsumsi asam folat sesuai dengan rekomendasi, yaitu 400 mikrogram per hari. Asam folat sangat penting dalam perkembangan janin.

Berikutnya, menghindari rokok dan alkohol. Ibu hamil perlu menjauhi minuman alkohol dan merokok untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan cacat lahir. Lalu perlunya menjaga berat badan ideal. Wanita dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kelainan kromosom.

Pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal. Selain itu, dengan pemeriksaan kehamilan rutin. Pemeriksaan kehamilan secara rutin memungkinkan deteksi dini terhadap risiko kelainan kromosom termasuk melalui Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).

"PGT-A sangat penting terutama bagi wanita yang berusia di atas 35 tahun atau yang memiliki riwayat kelainan kromosom dalam keluarga. Dengan teknologi ini, kami bisa memastikan embrio yang ditanamkan normal secara kromosom sehingga peluang kehamilan yang sehat meningkat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala TRB Morula IVF Surabaya dr Jimmy Yanuar Annas mengatakan teknologi PGT-A memungkinkan menyeleksi embrio terbaik yang terhindar dari risiko kelainan kromosom. Ini memberi harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak.

Sentimen: negatif (100%)