Blitar (beritajatim.com) – Sebanyak 15 orang perempuan di Kabupaten Blitar menjadi korban kekerasan. Sebagian dari mereka ada yang mengalami kekerasan fisik.

Ada pula yang mengalami kekerasan seksual oleh orang terdekat. Kekerasan terhadap perempuan ini terjadi di dalam lingkup rumah tangga bahkan juga di tempat kerja.

“Untuk kasus kekerasan terhadap perempuan ini data dari Januari hingga Juni 2023 ini jadi jumlah kasusnya ada 15 kasus. Didominasi KDRT dan pelecehan seksual,” kata Kepala UPT PPA Kabupaten Blitar, Dwi Andi Prakasa, Minggu (7/7/2024).

Ada berbagai faktor yang menjadi pemicu terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Salah satunya adalah perselingkuhan dan kurangnya ekonomi.

Perselingkuhan menjadi faktor utama terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Begitu pula dengan ekonomi, biasanya faktor ini menjadi pemicu pertengkaran yang berujung pada kekerasan pada perempuan.

“Khusus untuk pelecehan seksual itu seperti terjadi di pekerja karyawan dilecehkan teman seprofesi, kalau pelecehan seksualnya ada anak usa SMA oleh pacarnya sendiri,” jelasnya.

Khusus kekerasan seksual, didominasi oleh remaja. Ada pula kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kerja.

Untuk remaja mayoritas atas kekerasan seksual yang dilakukan oleh sang pacar. Bukan hanya pelecehan seksual, bahkan sampai ada yang mendapatkan ancaman pembunuhan.

Sementara untuk di lingkungan kerja, mayoritas pelaku pelecehan seksual adalah rekan kerja atau atasannya.

“Mereka kita berikan pendampingan, jika mau diselesaikan secara musyawarah kami dampingi tapi kalau mau pendampingan secara hukum maka juga akan kami dampingi hingga pelaporan ke Polres,” tutupnya.

Data ini diperoleh dari laporan yang diterima UPT PPA Kabupaten Blitar. Kemungkinan diluar sana masih cukup banyak kasus kekerasan perempuan yang belum terlaporkan.

UPT PPA Kabupaten Blitar pun mengimbau kepada para perempuan untuk tal segan melapor jika menjadi korban kekerasan. [owi/aje]