Sentimen
Positif (100%)
11 Sep 2024 : 22.01
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Institusi: Universitas Al Azhar Indonesia

Kab/Kota: Yogyakarta

Menakar Kekuatan Artis sebagai Timses untuk Memenangkan Pilkada 2024 Nasional 11 September 2024

11 Sep 2024 : 22.01 Views 7

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Menakar Kekuatan Artis sebagai Timses untuk Memenangkan Pilkada 2024 Penulis JAKARTA, KOMPAS.com - Dua pasangan calon (paslon) pada Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada ) 2024 telah menunjuk artis , influencer atau figur publik menjadi bagian dalam tim pemenangan atau tim sukses. Pasangan Pramono Anung-Rano Karno bahkan menunjuk komedian Lies Hartono atau Cak Lontong sebagai ketua tim sukses ( timses ) pada Pilkada Jakarta. Kemudian, pasangan Andra Soni-Dimyati menunjuk presenter serba bisa Raffi Ahmad menjadi ketua timsesnya sebagai upaya untuk memenangkan Pilkada Banten. Lantas bagaimana potensi para artis memberikan kemenangan kepada calon kepala daerah yang mereka dukung? Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, ditunjuknya influencer atau artis menjadi bagian dari timses memang menjadi kebutuhan dalam industri politik pencitraan saat ini. “Hari ini kan industrinya, industri pencitraan, industri buzering , industri key opinion leader , industri influencer. Jadi, suka tidak suka, senang tidak senang, partai politik (parpol) katakanlah mengkapitalisasi para influencer atau artis itu untuk bisa menjadi tim sukses,” kata Ujang dikutip dari Kompas TV , Rabu (11/9/2024). “Itu menjadi sebuah kebutuhan di industri pencitraan yang luar biasa tinggi di Indonesia, bagaimana masyarakat gandrung ya, maka itu digunakan parpol untuk bisa menjadi tim sukses. Itu tidak salah dan memang kebutuhannya seperti itu,” ujarnya lagi. Ujang pun berpendapat langkah yang diambil parpol dengan menggandeng artis adalah pilihan yang cerdas karena masa kampanye yang terbilang cukup singkat. Oleh karenanya, memanfaatkan artis atau influencer menjadi cara instan bagi parpol dan pasangan calon kepala daerah untuk meningkatkan popularitas dalam waktu yang singkat. Ditambah lagi, pemilih Indonesia saat ini didominasi oleh pemilih muda yang lebih mudah didekati dengan pendekatan popularitas. “Waktu (kampanye) yang singkat, sebagai sebuah kebutuhan juga dan di saat yang sama mereka mudah untuk mengidentifikasi kadidatnya dengan menarik influencer, artis itu. Jadi, di situlah sebenarnya pertarungan strategi ketika melihat potensi dari pemilihnya adalah kalangan anak muda 50 persen lebih,” katanya. “Itu adalah kecerdasan dari parpol untuk bisa menjadikan orang-orang populer, artis-artis terkenal yang digandrungi masyarakat untuk menjadi keta tim suksesnya,” ujar Ujang lagi. Namun, menurut Ujang, perlu dilakukan pengujian untuk bisa menilai bahwa melibatkan influencer atau artis sebagai timses bisa meningkatkan elektabilitas dari pasangan calon yang didukungnya. “ Artis yang memiliki popularitas tinggi bisa membantu menaikkan citra atau popularitas dari kandidatnya, tetapi apakah bisa dikonversi menjadi suara, apakah bisa dikonversi menjadi elektabilitas, ini harus diuji. Ini agak sulit,” katanya. Ujang menyebut, populer tidak menjamin dipilih. Oleh karenanya, perlu dilakukan survei untuk melihat elektabilitas pasangan calon (paslon) usai mendapat sokongan dari para artis. Lebih lanjut, Ujang berpendapat bahwa penunjukkan Cak Lontong sebagai ketua timses pasangan Pramono Anung-Rano Karno bertujuan menjadi jembatan untuk dengan dengan warga Jakarta. Pasalnya, Cak Lontong memang kerap melontarkan guyonan berbau politik yang dianggap cerdas oleh masyarakat, tidak hanya sebatas warga Jakarta. “Kalau kita lihat guyonan Cak Lontong banyak juga yang katakanlah cerdas dan itu bisa menjadi sebagai faktor bahwa dia memang lama juga menggeluti politik tapi politiknya bukan politik praktis. Bisa politik terkait dengan ide gagasan,” ujar Ujang. "Jadi, saya melihat dalam konteks itu ya cak lontong digunakan katakanlah jembatannya Pramono Anung dan Rano Karno untuk bisa dekat dengan warga Jakarta karena popularitasnya itu, keterkenalannya itu, dan kecedasannya itu,” katanya lagi. Ujang pun kembali menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan memanfaatkan popularitas artis pada pilkada . Dengan catatan, tetap mengedepankan ide dan gagasan untuk memajukan daerah masing-masing. “Jadi kolaborasi saja. Kolaborasi saling mengisi, kekurangan parpol itu diisi oleh para influencer dan itu menjadi sinergi yang menurut saya bagus saja. Yang penting nanti ada ide dan gagasan yang disampaikan,” ujarnya. Demikian juga dengan ditunjuknya Raffi Ahmad sebagai ketua timses pasangan Andra Soni-Dimyati di Banten. Menurut Ujang, tidak ada yang salah. Bahkan, dia menyebutnya sebagai strategi yang cukup bagus dan tepat. Sebab, sosok Raffi Ahmad sudah sangat dikenal luas di seluruh Indonesia. Bahkan, Raffi juga kerap diajak blusukan oleh sejumlah calon kepala daerah. Ujang mengatakan, parpol bisa mengkapitalisasi daya juang Raffi Ahmad dari bawah hingga menjadi artis terkenal untuk mendongkrak popularitas Andra Soni-Dimyati di Banten. Apalagi, lawan yang dihadapi Andra Soni-Dimyati sangat berat, yakni Airin Rachmi Diany yang popularitasnya sangat moncer di Banten. “Pesona pribadinya, pesona kesuksesannya, pesona kecerdasanannya juga, artis yang sukses itu pasti cerdas. Sudah berjuang dari bawah untuk menjadi orang hebat di Republik ini seperti Raffi Ahmad itu, maka dalam konteks itu menjadi inspirasi, menjadi referensi juga bagi publik termasuk warga Indonesia dan khususnya warga banten,” katanya. Oleh karenanya, Ujang menyebut, bukan tidak mungkin pasangan Andra Soni-Dimyati bisa unggul di Banten, karena adanya Raffi Ahmad dideretan timsesnya. "Bisa saja sih kalau Raffi Ahmadnya misalkan daya magisnya itu memesona warga Banten, ya bukan hal yang tidak mungkin juga kalau seandainya Andra Soni-Dimyati bisa unggul,” ujarnya. Namun, Ujang mengingatkan bahwa banyak faktor yang menentukan kemenangan dan itu bukan hanya keberadaan influencer atau artis dalam jajaran timses. Dia mengatakan, mesin politik partai pendukung paslon harus berjalan. Demikian juga, logistik dan relawan harus tetap berjalan. Untuk informasi, pemungutan suara Pilkada 2024 akan diselenggarakan pada 27 November 2024 untuk 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota se-Indonesia (minus DI Yogyakarta dan 6 kota/kabupaten di DKI Jakarta). Kemudian, masa kampanye akan berlangsung selama 60 hari, terhitung sejak 25 September sampai 23 November 2024. Lalu, masa tenang akan berlangsung pada 24-26 November 2024. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (100%)