Sentimen
Negatif (100%)
5 Sep 2024 : 13.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: California, Angke, Manila, Kapuk

Kasus: kebakaran

Partai Terkait

Paus Fransiskus Bilang Bumi Sakit, Faktanya Jauh Lebih Parah

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

5 Sep 2024 : 13.05
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Paus Fransiskus pernah menyebut Bumi sedang sakit. Ucapannya terkait isu lingkungan yang terus memburuk.

Dalam sebuah video, sebutan Bumi sakit itu merujuk pada suhu planet yang memanas. Dia juga meminta komitmen semua pihak pihak untuk bisa melindungi alam.

"Jika kita mengukur suhu planet, akan memberitahu kita Bumi sedang demam. Dan sakit," kata Paus Fransiskus dalam sebuah video, dikutip dari Reuters, Kamis (5/9/2024). "Kita harus berkomitmen melindungi alam, mengubah kebiasaan sendiri dan komunitas," imbuhnya.

Saat Bumi sakit, menurutnya pihak yang paling terdampak adalah orang miskin. Kelompok masyarakat inilah yang harus melakukan banyak hal jika terjadi banjir hingga kekeringan.

Dia juga menekankan pentingnya berbagai tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Termasuk tindakan terkait sosial dan juga ekonomi.

"Mereka yang paling menderita terkait bencana ini adalah orang miskin yang terpaksa meninggalkan rumah karena banjir, gelombang panas, atau kekeringan," jelas dia.

Selama 11 tahun, Paus Fransiskus memang sering membawa isu lingkungan. Dia terus menerus mengingatkan terkait masalah tersebut, termasuk saat lawatannya selama awal bulan September.

Setiap negara yang dikunjungi sejak 2-13 September, Reuters mencatat menghadapi bahaya dari pemanasan iklim global. Mulai dari naiknya permukaan laut dan gelombang panas.

Salah satu yang dikunjungi Paus Fransiskus adalah Indonesia, dari 3-6 September 2024. Selain itu juga akan berkunjung ke Papua Nugini, Timor Timur dan Singapura.

Panas mendidih

Fenomena cuaca panas yang disebabkan oleh perubahan iklim makin berbahaya bagi dunia. Hal ini disampaikan oleh badan pemantau cuaca PBB, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Rabu (4/9/2024).

Dalam laporan AFP, WMO menyatakan bahwa dunia mengalami rekor suhu rata-rata pada bulan Agustus untuk tahun kedua berturut-turut. Fenomena ini melanda seluruh dunia, dari Australia, Asia, hingga Eropa.

Pemandangan drone menunjukkan ladang tanaman di dekat bendungan Las Lajas yang terkena dampak kekeringan parah, di Buenaventura, negara bagian Chihuahua, Meksiko, 23 Agustus 2024. (REUTERS/Jose Luis Gonzalez)

"Jelas bahwa suhu meningkat di atas yang kita harapkan. Dan itu karena tindakan tidak cukup, ambang batas polusi terus menerus dilanggar," kata kepala WMO, Celeste Saulo, dalam sebuah konferensi di Singapura seperti dikutip AFP.

Saulo juga menyerukan pemantauan dan dukungan yang lebih baik bagi badan meteorologi, seraya menambahkan bahwa "kita membutuhkan lebih banyak sumber daya".

Sejumlah wilayah dunia diketahui mulai mencatatkan kenaikan suhu yang signifikan pada bulan Agustus. Di Eropa, Badan meteorologi Spanyol AEMET menyebutkan bahwa Negeri Matador itu mengalami Agustus terpanas sejak pencatatan dimulai pada tahun 2024, dengan suhu rata-rata 25 derajat Celsius.

Selain Spanyol, Yunani telah mengalami kebakaran hutan musim panas 50% lebih banyak pada tahun ini dibandingkan tahun 2023 akibat suhu yang panas. Negeri Para Dewa diketahui juga mengalami gelombang panas paling awal dan musim dingin terhangat yang pernah tercatat.

"Dan rekor Agustus tersebut melanjutkan rekor 15 bulan yang hampir tak terputus, di mana setiap bulan melampaui rekor suhunya sendiri untuk periode tersebut dalam setahun," menurut Layanan Iklim Eropa Copernicus C3S.

Di Asia, Jepang juga dilanda fenomena serupa. Data Badan Meteorologi Jepang yang dirilis Senin lalu menyebutkan Negeri Sakura itu mengalami musim panas terhangat tahun ini sejak pencatatan dimulai.

Sementara itu, dalam kunjungan di Singapura, Saulo juga mengumumkan penunjukan Singapura sebagai pusat regional untuk memantau polusi yang disebabkan oleh kebakaran vegetasi dan asap. Diketahui, Singapura juga sering kali menjadi tempat tibanya asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan di Sumatera, Indonesia.

"Salah satu dari hanya dua pusat semacam itu di dunia, fasilitas tersebut akan menawarkan informasi berkualitas lebih baik tentang kebakaran dan prakiraan polusi, serta menjembatani kesenjangan dalam data regional," kata para pejabat.

El Nino makin sering

Penelitian baru memprediksi fenomena El Nino ekstrem akan makin parah dan lebih sering terjadi.
Beberapa model yang dibuat sebelumnya menyebutkan ada kemungkinan El Nino bakal menjadi peristiwa yang permanen.

Ini akan membuat angin pasat bertiup di sekitar khatulistiwa melemah. Sementara perairan Pasifik Timur menjadi lebih hangat.

Namun, tidak semua peneliti setuju dengan model El Nino permanen. Peneliti Tobias Bayr dan rekannya menemukan model iklim yang sangat baik untuk mewakili siklus kedua peristiwa tersebut.

Suhu panas terus berlanjut di Manila, Filipina pada Sabtu, (27/4). Sebagian wilayah masih mengalami cuaca sangat panas akibat fenomena El Nino dengan indeks panas tertinggi mencapai 48 derajat celsius. (AP Photo/Aaron Favila)

Temuannya adalah pemanasan global tak membuat El Nino menjadi permanen. Namun, kondisi itu akan makin parah dan lebih sering terjadi, dikutip dari Live Science, Senin (5/8/2024).

Dalam kondisi sekarang, model menyebutkan akan ada 8-9 El Nino ekstrem per abad. El Nino ekstrem ditentukan dari jumlah curah hujan di kawasan tropis tengah Pasifik selama Bumi Utara mengalami musim dingin.

Jumlahnya akan meningkat menjadi 26 El Nino ekstrem per abad jika "kiamat" pemanasan global membuat suhu Bumi 3,7 derajat Celcius. Dalam kondisi seperti ini, temuan para peneliti adalah 90,4% El Nino bakal separah El Nino terburuk yang terjadi di periode 1997-1998.

Pada 1997-1998, El Nino menyebabkan kematian 23.000 orang dan kerugian miliaran dolar AS di seluruh dunia akibat badai, banjir, wabah terkait banjir, dan kekeringan.

Namun temuan ini membuka pertanyaan soal apakah El Nino menjadi titik kritis dalam iklim. Titik kritis merujuk pada perubahan yang sangat drastis dalam iklim Bumi. Saking drastisnya, kondisi Bumi tidak akan kembali "normal" jika suhu turun setelah panas ekstrem.

Tanda kiamat di dasar laut RI

Alam Indonesia tengah mengalami kepunahan biodiversitas akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Kerusakan alam tersebut telah menyebabkan 950 spesies di Indonesia masuk dalam daftar terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Salah satu spesies yang paling banyak terancam punah adalah terumbu karang.

"Indonesia mengalami kepunahan biodiversitas," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa dalam peluncuran Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025-2045 di Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, Kamis, (8/8/2024).

KKP Kaji Fenomena Pemutihan Karang Waspadai Naiknya Suhu Air Laut. (Dok. KKP)

Suharso mengatakan 950 spesies itu telah masuk di antara 15.335 spesies yang dianggap terancam punah oleh IUCN. Dia merinci spesies di Indonesia yang terancam punah, terdiri dari 251 jenis ikan, 222 mamalia, 125 terumbu karang, 169 burung, dan 127 spesies lainnya.

"Tercatat 950 spesies di Indonesia masuk dalam 15.335 spesies yang terancam punah, yakni 251 ikan, 222 mamalia, 125 terumbu karang, 169 burung dan 127 lainnya," kata dia.

Karena kondisi mengkhawatirkan ini, Suharso mengatakan diperlukan rencana nyata untuk mencegah terjadinya kepunahan yang lebih jauh. Dia mengatakan strategi dan rencana aksi untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati itu termuat dalam IBSAP 2024-2045 yang baru saja diluncurkan.

"IBSAP 2025-2045 merupakan dokumen strategis yang amat penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia," kata dia.

Dia mengatakan dalam dokumen ini dijelaskan 3 tujuan utama pemerintah dalam upaya merawat biodiversitas yang ada di Indonesia. Langkah pertama, kata dia, adalah dengan memastikan kelestarian ekosistem, spesies dan genetik.

Selanjutnya, dokumen juga berisi mengenai strategi pemanfaatan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Selain itu, kata dia, buku ini juga berisi dukungan yang akan diberikan untuk keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.

"Ada juga ukuran yang jelas untuk mencapai tujuan dan target yang jelas," kata dia.

Suharso menyebut dokumen tersebut memberikan uraian mengenai sumber pembiayaan untuk mendanai 'perang' melawan perubahan iklim yang mengancam keanekaragaman hayati.

Ke depan, kata dia, dokumen rencana aksi penyelematan sumber daya hayati ini bisa diselesaikan dengan rencana pembangunan jangka menengah maupun jangka panjang Indonesia.

"Ke depan dokumen ini dirancang dengan strategi untuk pengelolaan yang selaras dengan visi Indonesia Emas dan diselaraskan dengan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah," kata dia.

Tanda di dedaunan

Kiamat akibat pemanasan global sekarang muncul di hutan, bahkan bisa membuat manusia sesak. Padahal, hutan menjadi paru-paru Bumi, karena pohon yang menjalankan fotosintesis menyerap karbon dioksida dan melepas oksigen ke atmosfer.

Pohon di hutan biasa terpapar sinar matahari dan menyerap air dengan akarnya. Namun, karena matahari terlalu terik membuat temperatur terlampau panas, sehingga bisa membuat proses fotosintesis berhenti.

Penelitian oleh Gregory Goldsmith dari Chapman University in California beserta tim, menemukan beberapa bagian hutan tropis yang mendekati batas temperatur sehingga mengganggu proses fotosintesis.

"Studi menunjukkan bahwa dedaunan di hutan tropis di tempat dan waktu tertentu telah menembus batas temperatur kritis," kata Goldsmith.

Pohon di hutan tropis, bisa menjalankan proses fotosintesis di suhu hingga 46,7 derajat Celcius. Tapi peneliti itu menjelaskan bahwa kemampuan spesies berbeda bergantung kepada populasi hutan, jumlah daun di pohon, dan kanopi.

Taman Wisata Alam Angke, Kapuk (TWA) di Jakarta Utara mangrove memiliki luas sebesar 99,82 Ha yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi terbengkalai di sebagian lokasi, Kamis (2/11/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Oleh karena itu, tim dari Northern Arizona University menggunakan data dari sensor ECOSTRESS NASA untuk mengukur temperatur permukaan Bumi, untuk mencari tahu dedaunan di hutan tropis yang "kepanasan" hingga tidak bisa berfotosintesis.

Dari data yang dikumpulkan dari pantauan satelit pada periode 2018-2020 tersebut kemudian divalidasi dengan sensor di permukaan yang ditempatkan di pucuk pohon lima hutan di Brasil, Puerto Rico, Panama, dan Australia.

Analisis menemukan bahwa temperatur di kanopi hutan memuncak di suhu 34 derajat Celcius pada musim kering, meskipun sebagian daun mencapai suhu 40 derajat Celcius. Sebagian kecil daun, yaitu 0,01 persen dari sampel melampaui temperatur krisis (46,7 derajat Celcius) paling tidak sekali sepanjang musim kering.

"Meskipun masih jarang, temperatur ekstrem bisa berdampak bencana kepada fisiologi daun. Bisa digolongkan sebagai peristiwa berdampak luar biasa dengan probabilitas rendah," tulis laporan penelitian.

Menurut laporan ScienceAlert, pohon menutup pori-pori di daunnya yang dinamakan stomata, untuk menghemat air setiap suhu terlalu panas.

Penutupan stomata ini membuat daun berpotensi rusak karena tidak bisa "mendinginkan diri" lewat proses transpirasi. Pada periode kering, saat tanah mengeras, dampak suku panas bisa makin parah.

"Percaya atau tidak, kita tidak tahu banyak soal alasan pohon mati," kata Goldsmith. Pemahaman sains soal efek panas dan kekeringan, air dan temperatur, terhadap tanaman, masih sangat sedikit.

Kemudian, tim peneliti menggunakan data yang mereka punya untuk menjalankan simulasi untuk memahami respons hutan tropis terhadap kenaikan temperatur dan kekeringan yang makin sering terjadi.

Simulasi menunjukkan bahwa 1,4 persen dari pucuk kanopi hutan bisa berhenti berfotosintesis dalam beberapa waktu ke depan sebagai dampak dari pemanasan global.

Jika pemanasan global melewati 3,9 derajat Celcius, seluruh hutan bisa tidak tahan. Daun bakal kering dan pohon di seluruh hutan mati satu demi satu.

Namun, peneliti menekankan bahwa perhitungan ini hanya probabilitas. Bisa saja, dampak parah terjadi pada temperatur yang berbeda. Oleh karena itu, sangat penting untuk menekan emisi dan mencegah deforestasi untuk melindungi hutan tropis.


(dem/dem)

Sentimen: negatif (100%)