FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Sebagian besar masyarakat Indonesia disebut membicarakan pemimpinnya dengan persepsi buruk. Itu diungkapkan Pakar Komunikasi Universitas Airlangga, Henri Subiakto.

“Persepsi buruk sendiri adalah kenyataan tentang gambaran yg ada di kepala sebagian besar masyarakat kita saat mereka membicarakan pemimpinnya,” ungkapnya dikutip fajar.co.id dari unggahnnya di X, Jumat (30/8/2024).

Hal tersebut disampaikan Henri Subiakto menanggapi potongan video sebuah acara di stasiun televisi. Video itu menyampaikan pesan untuk melawan pelanggar konstitusi.

Di video itu, dokter operasi plastik, dokter Tompi ditempatkan dikursi tersangka. Lalu disebut tidak bersalah karena hanya mengubah wajah dan melakukan operasi plastik.

Yang salah, disebutkan jika mengubah konstitusi.

“Bagi publik di era digital ini, politik itu persepsi. Ekonomi juga persepsi. Persoalan hukum juga persepsi,” ujar Hendri Subiakto.

Karena hanya berdasarkan persepsi, masyarakat disebutnya tidak membicarakan detail-detail.

“Mereka enggan membicarakan detail dengan bukti-bukti yg disampaikan secara argumentatif. Nah persepsi inilah yang sekarang terlanjur rusak saat dirasakan dan dipahami oleh orang biasa, lalu tersimpan di benak,” ucapnya.

Kini, persepsi buruk pada pemimpin dianggapnya ada dimana-mana. Bukan hanya di televisi, tapi juga warung kopi.

“Gunjingan dengan persepsi buruk itu ada di mana-mana. Sebagaimana bisa kita lihat dan simak di warung-warung kopi, ataupun di layar kaca,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)