Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Serang, Moskow, Washington, Warsawa
Kasus: Narkoba
Tokoh Terkait
5 Update Perang Rusia-Ukraina: Zelensky Serang Belgorod, Putin Ngamuk
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut hingga hari ini. Kedua negara resmi berperang sejak Moskow melakukan invasi ke negara tetangganya tersebut pada 24 Februari 2022.
Tahun ini, Ukraina melakukan upaya pembalasan ke Rusia dengan menyerang wilayah Kursk dan wilayah lainnya.
Berikut perkembangan terkini terkait perang antara dua negara tetangga tersebut, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Selasa (27/8/2024).
Pasukan Kyiv Gedor Perbatasan Belgorod RusiaSetelah Kursk, pasukan Kyiv berupaya menerobos perbatasan Rusia ke wilayah Belgorod selatan.
Saluran Telegram Mash, sebagaimana dikutip The Guardian pada Selasa (27/8/2024), mengatakan sekitar 500 tentara Ukraina menyerang dua pos pemeriksaan di Nekhoteyevka dan Shebekino di Belgorod, di mana pertempuran berkecamuk di kedua wilayah tersebut.
Adapun Belgorod berbatasan dengan wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina telah merebut wilayah Rusia sejak melancarkan serangan kilat pada 6 Agustus lalu.
Gubernur wilayah Belgorod Vyacheslav Gladkov mengatakan bahwa ia mengetahui laporan bahwa tentara Ukraina telah mencoba menerobos perbatasan, tetapi situasi di sana "terkendali".
"Informasi telah muncul bahwa musuh berusaha menerobos perbatasan wilayah Belgorod. Menurut kementerian pertahanan Rusia, situasi di perbatasan tetap sulit tetapi terkendali," katanya, dilansir Reuters.
Ratusan Serangan Rusia ke UkrainaDi sisi lain, Rusia juga melontarkan rangkaian serangan serangan ke wilayah Ukraina sejak Senin (26/8/2024).
Sejumlah laporan menyebut serangan Rusia dilakukan dengan ratusan pesawat nirawak dan rudal. Serangan ini menewaskan sedikitnya empat orang dan menghancurkan jaringan listrik negara yang sudah melemah.
"Moskow meluncurkan sedikitnya 127 rudal dan 109 pesawat nirawak dalam salah satu serangan Rusia terbesar," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dikutip AFP.
"Dari jumlah tersebut, 102 rudal dan 99 pesawat nirawak ditembak jatuh," timpal Komandan Angkatan Udara Ukraina Mykola Oleshchuk, yang menggambarkannya sebagai serangan "paling masif" Rusia.
Angkatan Udara Ukraina juga mengonfirmasi pada Selasa pagi bahwa ada sejumlah aktivitas lepas landas beberapa bomber misil Tu-95MS dari lapangan udara Engels di Rusia barat. Penerjunan itu memicu peringatan serangan udara di seluruh negeri.
Serangan Rusia Nyasar ke Negara NATOSerangan Rusia ke Ukraina rupanya sempat menyasar ke Polandia. Negara anggota NATO itu mengatakan wilayah udaranya dilanggar selama serangan Rusia ke Ukraina. Warsawa memperkirakan pelanggaran itu mungkin disebabkan oleh sebuah pesawat tanpa awak.
"Kami mungkin berhadapan dengan masuknya sebuah objek ke wilayah Polandia. Objek itu dikonfirmasi oleh sedikitnya tiga stasiun radiolokasi," kata komandan operasional Angkatan Bersenjata Polandia. Jenderal Maciej Klisz.
Juru bicara komando Angkatan Darat Jacek Goryszewski mengatakan "sangat mungkin itu adalah pesawat tanpa awak tipe Shahed" rancangan Iran, yang digunakan oleh militer Rusia.
"Namun ini harus diverifikasi," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa tidak dapat dikesampingkan bahwa pesawat tanpa awak itu telah meninggalkan wilayah Polandia.
Zelensky sendiri meminta angkatan udara Eropa untuk membantu Kyiv menjatuhkan pesawat tanpa awak dan rudal di masa mendatang. Ini agar ancaman dari Moskow tidak sampai ke Benua Biru.
"Di berbagai wilayah Ukraina, kami dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi nyawa jika penerbangan tetangga Eropa kami bekerja sama dengan F-16 kami dan bersama dengan pertahanan udara kami," kata Zelensky dalam sebuah pidato.
Kepala IAEA Kunjungi Pabrik Kursk RusiaRafael Grossi, kepala badan nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (IAEA), mengunjungi pabrik tenaga nuklir Kursk yang menurut Moskow telah berulang kali diserang oleh pasukan Ukraina yang hanya berjarak 40 km (25 mil) setelah menguasai sebagian wilayah Rusia.
Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan sebelum kunjungannya bahwa satu-satunya cara untuk menilai keamanan pabrik dan memvalidasi informasi yang diterimanya adalah dengan mengunjungi lokasi tersebut, yang dimiliki oleh perusahaan nuklir negara Rusia, Rosatom.
"Keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir tidak boleh, dalam keadaan apa pun, terancam," kata Grossi. "Keselamatan dan keamanan semua pabrik tenaga nuklir merupakan perhatian utama dan mendasar bagi IAEA."
Keselamatan pabrik tenaga nuklir telah berulang kali terancam selama perang. Moskow dan Kiev berulang kali saling menyalahkan atas serangan pesawat nirawak dan artileri terhadap PLTN Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia di Ukraina.
Sementara itu, saluran Telegram Rusia yang memiliki tautan ke badan keamanan mengatakan sebelumnya pada hari Selasa bahwa pasukan Ukraina telah menyerang perbatasan, meskipun belum ada konfirmasi resmi langsung mengenai pertempuran di sana.
Sekutu Putin Sebut AS Dalang Penangkapan CEO TelegramVyacheslav Volodin, ketua majelis rendah parlemen Duma Negara Rusia, mengatakan Amerika Serikat (AS) berada di balik penangkapan Pavel Durov, pendiri dan CEO platform pengiriman pesan Telegram.
Sekutu senior Presiden Rusia Vladimir Putin itu menyebut Washington melalui Prancis, berusaha untuk mengendalikan Telegram. Namun ia tak memberikan bukti yang mendukung pernyataannya.
"Telegram adalah salah satu dari sedikit dan sekaligus platform Internet terbesar yang tidak dapat dipengaruhi oleh Amerika Serikat," kata Volodin dalam sebuah unggahan pada Selasa (27/8/2024), seperti dikutip Reuters.
"Menjelang pemilihan presiden AS, penting bagi (Presiden Joe) Biden untuk mengendalikan Telegram."
Durov, pengusaha kelahiran Rusia, ditangkap di Prancis pada akhir pekan lalu. Jaksa penuntut Prancis pada Senin mengatakan ia ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan atas kejahatan yang terkait dengan pornografi anak, perdagangan narkoba, dan transaksi penipuan di platform tersebut.
Gedung Putih belum mengomentari penangkapan Durov. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa penangkapan itu "sama sekali bukan keputusan politik."
Setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram telah menjadi sumber utama konten yang tidak difilter - dan terkadang grafis dan menyesatkan - dari kedua belah pihak tentang perang dan politik seputar konflik tersebut.
(luc/luc)
Sentimen: negatif (100%)