Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Institusi: ITB
Kab/Kota: bandung
Tokoh Terkait
Pakar Bilang Label BPA Free Sesat, Padahal Sudah Dilarang di Negara Maju
Detik.com Jenis Media: Kesehatan
Beberapa waktu lalu Pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Ir Akhmad Zainal Abidin, menuding pelabelan 'BPA Free' pada kemasan makanan dan minuman tidak mendidik.
"Jangan sampai tersesat, atau menyesatkan," pesan Prof Akhmad dalam diskusi detikcom Leaders Forum 'Membedah Disinformasi Dampak BPA bagi Kesehatan' di e+e Coffee Kitchen Semanggi, Rabu (17/7/2024).
Mengenai pernyataan Akhmad yang agak mengecilkan bahaya BPA kalau dalam jumlah kecil, realitasnya justru menunjukkan sebaliknya.
Dalam lima tahun terakhir, negara-negara Eropa bahkan sudah bertindak lebih jauh ketimbang Indonesia, dalam memperketat penggunaan BPA untuk kemasan makanan dan minuman. Bukan cuma memperkecil batas migrasi BPA, Eropa juga secara drastis menurunkan angka asupan harian (total daily intake/TDI) pada asupan tercemar BPA yang bisa dikonsumsi manusia setiap hari.
Sementara itu BPOM baru baru ini telah mengeluarkan regulasi terkait pelabelan bahaya BPA pada galon guna ulang polikarbonat. Aturan ini dibuat setelah sebelumnya telah mendapatkan data tiga kali hasil pemeriksaan pada fasilitas produksi pada tahun 2021 hingga 2022. BPOM mendapati kadar BPA yang bermigrasi pada air minum dengan jumlah melebihi ambang batas aman 0,66 ppm yang mengalami peningkatan sebesar 3,13%, 3,45%, dan 4,58%.
Direktur Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Anisyah mengatakan kini asupan harian BPA yang bisa ditoleransi oleh tubuh menjadi lebih ketat. Hal tersebut yang membuat pihaknya meninjau ulang terhadap regulasi yang telah ada.
"Jadi, asupan harian (BPA) yang bisa ditoleransi menjadi lebih ketat. Ini salah satu yang melatarbelakangi kenapa kami juga melakukan penilaian ulang terhadap regulasi yang ada," kata Anisyah dalam keterangan tertulis, Rabu (27/8/2024).
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) juga sudah melakukan penilaian ulang terhadap TDI atau asupan harian yang bisa ditoleransi terhadap BPA. Semula pada 2015, EFSA menetapkan TDI untuk BPA sebesar 4 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Namun, pada April 2023 lalu, sudah ada pemberitahuan dari EFSA bahwa TDI yang baru sudah ditetapkan dengan nilai 0,2 nanogram per kilogram berat badan per hari. Ini artinya, nilai TDI yang baru ini 20.000 kali lebih rendah.
Sebanyak 27 negara maju yang tergabung dalam Uni Eropa juga menyatakan BPA tidak boleh digunakan lagi mulai akhir tahun 2024. Secara praktis, EFSA menganggap BPA sebagai bahan berbahaya untuk sistem kekebalan tubuh yang kerap digunakan di dalam dalam makanan kaleng, botol air minum, galon guna ulang, gelas plastik, dan baki.
(ncm/ega)
Sentimen: negatif (96.9%)