Sentimen
27 Agu 2024 : 19.55
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gunung, Banda Aceh
Tokoh Terkait
Hadapi Gempa Megathrust, Kepala BMKG: 530-an Alat Sensor Terpasang di Seluruh Indonesia Nasional 27 Agustus 2024
28 Agu 2024 : 02.55
Views 2
Kompas.com Jenis Media: Nasional
Hadapi Gempa Megathrust, Kepala BMKG: 530-an Alat Sensor Terpasang di Seluruh Indonesia
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com
- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG
)
Dwikorita Karnawati
mengungkapkan perihal penambahan alat dan sistem sensor untuk mendeteksi
gempa
dan
tsunami
. Apalagi, dengan adanya analisis bakal terjadinya gempa berkuatan besar di zona
megathrust
Selat Sunda
dan Mentawai-Siberut.
Hal itu disampaikan
Dwikorita
dalam rapat dengar pendapat (RDP) antara BMKG dan Basarnas dengan Komisi V DPR RI di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Menurut Dwikorita, jumlah alat dan sistem sensor pendeteksi gempa-tsunami di seluruh Indonesia jumlahnya sudah lebih dari 500 unit dari sebelumnya hanya mencapai 176 unit sebelum tahun 2019.
“Khusus megathrust, di seluruh Indonesia, kami sebelum tahun 2019 sensor-sensor gempa hanya berjumlah 176. Tetapi, dalam rangka merapatkan sensor tadi, terutama dalam menghadapi megathrust kami tambah menjadi 500 sensor sejak tahun 2019. Saat ini angkanya sudah 530-an sensor, terutama antara lain untuk menghadapi megathrust tersebut,” kata Dwikorita dikutip dari YouTube TVR Parlemen, Selasa.
Kemudian, dia menjelaskan bahwa
Indonesian Tsunami Early Warning System
dibangun untuk mengantisipasi terjadinya gempa dengan magnitudo besar yang berpotensi tsunami di
zona megathrust
.
“Jadi megathrust itu skenario terburuk, semoga tdak terjadi, tapi terburuk itu seperti Banda Aceh tapi semoga itu tidak terjadi. Insya Allah, kalau kita siap semoga tidak terjadi,” ujarnya.
Sebelumnya, Dwikorita juga mengatakan bahwa BMKG memprioritaskan untuk memasang alat deteksi dini gempa-tsunami di zona megathrust Selat Sunda. Sebab, di wilayah tersebut banyak terdapat industri dan merupakan daerah pariwisata.
Hal itu menanggapi permintaan Anggota Komisi V DPR RI Tubagus Haerul Jaman agar BMKG menambah pemasangan alat deteksi dini gempa dan tsunami di daerah sepanjang Selat Sunda.
“Kami justru yang sangat-sangat serius menyiapkan itu Banten dan Selat Sunda karena di situ ada industri dan dampaknya beda dengan lokasi yang tidak ada industri, dan itu industrinya
chemical
,” kata Dwikorita.
Dia pun menjelaskan bahwa total sebanyak 39 seismograf atau alat pencatat gempa bumi terpasang di sepanjang Selat Sunda.
“Total barangkali di Selat Sunda itu melebihi dari yang lain. Seismograf kami pasang 39, sebelumnya tidak sebanyak itu. Sejak tahun 2019 itu 39, sebelumnya mungkin 10 saja enggak ada,” ujarnya.
Kemudian, Dwikorita menyebut, sebanyak 20 Akselerograf atau alat untuk merekam guncangan tanah yang sangat kuat terpasang di sana.
Selanjutnya, dia mengungkapkan, sebanyak 22
automatic water level
atau
tsunami gate
berada di Selat Sunda. Alat tersebut untuk mendeteksi kondisi pasang surut air.
Pasalnya, menurut Dwikorita, gunung Anak Krakatau bisa memicu tsunami akibat terjadinya erupsi atau longsor bawah laut.
“Sirine ini juga sangat penting sebanyak 15, sebelumnya hanya dua tahun 2018. Kemudian,
warning receiver system
ini dipasang di BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan di lokasi hotel, serta di industri sebanyak 81,” katanya.
Selain alat, Dwikorita mengatakan, BMKG melakukan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami di tujuh lokasi. Hal itu dilakukan untuk memberdayakan pemerintah daerah dan masyarakat agar mereka mampu mandiri saat bencana gempa atau tsunami terjadi.
Lebih lanjut, Dwikorita meluruskan bahwa BMKG tidak memprediksi terjadinya
gempa megathrust
. Tetapi, melakukan studi bersama pakar dari perguruan tinggi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan sejumlah lembaga riset lainnya.
Hasilnya, memang potensi gempa di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut lebih tinggi dibandingkan zona lainnya.
“Jadi bukan memprediksi tetapi memonitoring. Nanti yang diprediksi adalah tsunaminya bukan gempa buminya,” ujar Dwikorita.
Sebelumnya, BMKG menyoroti dua wilayah yang berpotensi terjadi gempa megathrust, yakni daerah di zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Zona megathrust
segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tinggal menunggu waktu.
Pasalnya, keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (
seismic gap
) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Dikutip dari
Antaranews
,
seismic gap
tersebut harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Selain itu, data BMKG juga menunjukkan bahwa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah lama tidak terjadi gempa besar.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (94.1%)