Sentimen
Negatif (100%)
26 Agu 2024 : 14.40
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: London, Dubai

Kasus: Narkoba, pembunuhan, pelecehan seksual

Fakta Mengerikan Telegram yang Bikin CEO Pavel Durov Ditangkap

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

26 Agu 2024 : 14.40
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri sekaligus CEO aplikasi Telegram, Pavel Durov, ditangkap di Bandara Le Bourget, Prancis, pada Sabtu malam (24/8/2024).

Durov ditangkap tak lama setelah tiba di bandara Le Bourget dengan jet pribadi dari Azerbaijan.

Sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dari Prancis mengenai penangkapan Durov. Namun, menurut sumber, kuat dugaan penangkapan Durov terkait dengan kurangnya moderasi pada Telegram dan penggunaannya oleh kelompok kriminal.

Penangkapan Durov merupakan bagian dari investigasi awal yang dipimpin oleh OFMIN (Kantor Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Bawah Umur) Prancis.

Lembaga tersebut telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Durov, dengan menyebutkan tuduhan yang mencakup pencucian uang, perdagangan narkoba, dan penyebaran konten pelecehan seksual anak di Telegram.

Telegram menyatakan bahwa mereka mematuhi hukum Eropa. Perusahaan juga mengatakan Durov tidak menyembunyikan apapun.

Durov disebut sering berpergian ke Eropa. Menurut Telegram, tidak masuk akal meminta pertanggungjawaban penyalahgunaan platform pada pihak aplikasi maupun pemiliknya. Mereka menambahkan tengah menunggu penyelesaian segera terkait hal ini.

Apa itu Telegram?

Telegram adalah layanan obrolan berbasis teks yang tampilannya mirip seperti WhatsApp. Chat di Telegram digunakan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia sebagai alat komunikasi sehari-hari yang mudah digunakan.

Pengguna juga dapat mengunggah Story, membuat grup, atau membuat apa yang disebut sebagai saluran. Sebuah saluran dapat dikunjungi jutaan pelanggan dan menjadi wadah yang berpengaruh untuk menampung berita dan informasi.

Pengguna baru harus setuju untuk tidak mengirim spam atau menipu pengguna, mempromosikan kekerasan atau memposting konten pornografi ilegal.

Namun dalam praktiknya, moderasi konten di Telegram lebih sedikit dibandingkan dengan jaringan media sosial besar yang berbasis di AS. Di mana, moderator biasanya akan menghapus ajakan eksplisit untuk melakukan kekerasan.

Bagaimana privasi di Telegram?

Sejauh mana Telegram dienkripsi masih belum jelas. Sementara layanan pesan pesaing WhatsApp dan Signal menggunakan enkripsi ujung ke ujung secara default, yang dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk melindungi pesan pengguna. Namun Telegram tidak melakukannya.

Sebaliknya, aplikasi tersebut hanya menawarkan enkripsi ujung ke ujung kepada pengguna yang memulai "obrolan rahasia", sehingga pesan tidak dapat dibaca oleh Telegram dan siapa pun yang ingin mengintip.

Telegram juga mengandalkan protokol enkripsi miliknya sendiri. Artinya, tidak seperti Signal, pakar keamanan tidak dapat menguji dan memverifikasi bahwa perusahaan melakukan apa yang mereka klaim.

Konten di Telegram tidak dikirimkan ke pengguna berdasarkan riwayat keterlibatan, seperti yang dilakukan platform lain X, TikTok, atau Facebook.

Namun, ujaran kebencian dan disinformasi masih dapat menyebar luas di Telegram. Salah satu alasannya adalah pengguna dapat mengunggah konten mereka dari satu saluran ke saluran lainnya, demikian dikutip dari Strait Times, Senin (26/8/2024).

Pengguna yang mengikuti saluran pendukung calon presiden AS Donald Trump, misalnya, dapat menjadi sasaran teori konspirasi yang mengeposkan tautan ke saluran mereka sendiri dengan konten politik yang lebih agresif.

Jika pengguna mengikuti tautan tersebut, mereka dapat terlibat dengan pengguna yang lebih radikal dengan berbagi narasi yang lebih ekstrem.

Adakah peran Telegram dalam kerusuhan di Inggris?

Telegram digunakan untuk menyebarkan dan mengoordinasikan kerusuhan anti-imigran di Inggris pada awal Agustus.

Menyusul pembunuhan tiga gadis remaja di Southport, Inggris utara, pada 29 Juli.

Saluran Telegram digunakan oleh para ekstremis untuk memicu kebencian terhadap umat Islam, menyebarkan lokasi dan target aksi, serta menyebarluaskan tips bagi para perusuh, menurut sebuah studi oleh lembaga pemikir anti-ekstremisme yang berpusat di London, Institute for Strategic Dialogue.

Laporan itu meninjau 16 saluran dan grup Telegram yang secara aktif mengunggah, menjadi 'tuan rumah', dan meneruskan konten anti-Muslim dan anti-migran yang terkait dengan kerusuhan.

Enam saluran yang dibuat sebagai respons langsung terhadap kerusuhan tersebut dihapus dari platform pada 5 dan 6 Agustus, demikian temuan laporan itu.

Ketika ditanya tentang peran aplikasi tersebut dalam kerusuhan di Inggris, juru bicara Telegram mengatakan moderatornya secara aktif memantau situasi dan menghapus saluran serta unggahan yang berisi seruan untuk melakukan kekerasan.

Perdana Menteri Keir Starmer menanggapi dengan janji untuk menindak platform media sosial yang membantu mengobarkan kerusuhan.

Mengapa pemerintah khawatir dengan Telegram?

Sangat sulit untuk bisa melacak ekstremis yang bergabung dengan platform dan mengirim informasi palsu atau yang bersifat menghasut secara langsung kepada individu, baik melalui chat dan saluran.

Badan penegak hukum memiliki pengaruh lebih besar untuk membujuk pemilik Facebook dan WhatsApp, Meta Platforms, untuk membantu mereka mengidentifikasi pengguna yang terlibat dalam aktivitas ilegal karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik yang berkantor pusat di AS.

Pemerintah sangat tidak berdaya ketika berhadapan dengan Telegram yang berkantor pusat di Dubai.

Akun-akun pro-Rusia sangat aktif di Telegram dalam menyebarkan disinformasi yang ditujukan untuk melemahkan dukungan terhadap Ukraina.

Bahkan, perwira intelijen Rusia dilaporkan telah menggunakannya untuk merekrut penjahat kelas teri untuk melakukan aksi sabotase di ibu kota Eropa. Telegram juga digunakan oleh banyak warga Ukraina, termasuk Presiden Volodymyr Zelensky

Siapa pencipta Telegram?

Telegram diciptakan oleh pengusaha Rusia Pavel Durov dan saudaranya Nikolai, seorang programmer dan matematikawan. Mereka meraup untung dari pembuatan jejaring sosial VKontakte yang berbasis di Rusia pada tahun 2006.

Platform itu dengan cepat menjadi populer di kalangan orang Rusia, hingga menjadikannya incaran miliarder yang memiliki hubungan dengan Kremlin.

Namun, Durov memilih kabur fari negaranya dan menjual sahamnya di VKontakte. Saat itulah ide Telegram lahir. Kemudian dibarengi dengan Nikolai yang mengembangkan sistem transfer data platform tersebut.

Pavel yang dijuluki Mark Zuckerberg dari Rusia, hidup dalam pengasingan. Ia sering menjadi berita utama karena kekayaan bersih yang mencapai lebih dari US$10 miliar (Rp 154 triliun).

Platform ini terkait erat dengan mata uang kripto dan menerbitkan penawaran koin perdana pada tahun 2018, yang disebut Telegram Open Network.


(fab/fab)

Sentimen: negatif (100%)