7 Alasan Proyek Kota Futuristik Arab Saudi Berisiko Jadi Bencana Ekologi
Detik.com Jenis Media: Tekno
Arab Saudi sedang membangun megaproyek NEOM, sebuah kota masa depan yang futuristik dan diklaim sebagai revolusi dalam kehidupan yang berkelanjutan. Nyatanya, pembangunan NEOM menuai kritikan dari aktivitas dan pemerhati lingkungan.
Pakar desain kota berkelanjutan Melissa Sterry menyebut proyek tersebut gagal memperhitungkan dampaknya terhadap ekosistem lokal dan jejak karbon dari pembangunannya.
Setidaknya ada tujuh alasan disebutkan Sterry seperti dikutip dari Metro.co.uk, yang menjelaskan kota futuristik ini bukanlah surga ramah lingkungan seperti yang diharapkan.
Arab Saudi sedang membangun kota besar 'berkelanjutan' dalam satu jalur melintasi gurun pasir. Foto: Metro.co.uk1. Menghambat migrasi hewanSterry mengatakan, bahwa inti kota NEOM, yakni The Line, akan berdampak serius pada hewan yang bermigrasi melintasi wilayah tersebut.
The Line akan dibangun secara vertikal dalam satu jalur yang melintasi gurun pasir. Seperti halnya rel kereta api, pagar, atau tembok, The Line akan mengganggu perjalanan normal hewan melalui gurun karena akan menghalangi jalur mereka.
Dengan perkiraan panjang 100 mil dan tinggi lebih dari 1.400 kaki, Garis ini akan menjadi penghalang yang sangat sulit untuk dilewati oleh semua jenis spesies.
2. Resiko tabrakan burungBerbalut dinding cermin raksasa, Sterry mengatakan The Line akan menimbulkan risiko besar bagi kehidupan unggas. Fasad cermin pada The Line bertujuan memastikan kota tersebut tampak menyatu dengan lingkungan gurunnya. Namun justru itu akan menjadi masalah bagi burung.
Permukaan reflektif seperti cermin, bahkan pada ketinggian rendah, sangat sulit dinegosiasikan oleh burung, karena mereka tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
Tabrakan burung sudah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kehidupan burung. Pada tahun 2014, para ilmuwan memperkirakan antara 365 juta hingga satu miliar burung di AS mati akibat tabrakan dengan gedung pencakar langit setiap tahunnya.
Selain ratusan spesies burung asli yang terbang melintasi langit Arab Saudi, jutaan burung bermigrasi ke seluruh negeri setiap tahun melalui Laut Merah, di sepanjang jalur yang akan dibangun The Line.
Kesadaran akan tabrakan bangunan burung secara bertahap meningkat, dan beberapa kota mengharuskan penggunaan kaca bermotif untuk bangunan tinggi.
Taman kota buatan yang rimbun berisiko jadi surga bagi spesies invasif. Foto: Metro.co.uk3. Surga bagi spesies invasifGambar desain The Line menunjukkan ruang komunal yang hijau dan taman atap yang rimbun dipenuhi tanaman. Ruangan indah ini dimaksudkan untuk membuat penghuninya merasa lebih dekat dengan alam.
Namun tanaman ini mungkin membahayakan lingkungan setempat. Jenis spesies berdaun yang digambarkan dalam gambar bukanlah spesies asli Arab Saudi.
Penanaman tumbuhan invasif yang salah tidak hanya menghalangi tanaman lain untuk tumbuh subur, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan serius yang tidak terduga.
Sterry menjelaskan bahwa ekosistem buatan tidak hanya berisiko memasukkan spesies non-asli, baik tumbuhan maupun hewan, ke dalam lingkungan setempat. Mereka juga rentan terhadap spesies invasif.
Serangga seperti semut dan nyamuk, yang dapat berpindah melalui tanaman impor, membawa potensi risiko terhadap kesehatan manusia.
Misalnya, saluran air yang digambarkan dalam gambar desain bisa menjadi lahan subur bagi nyamuk pembawa penyakit yang tidak memiliki predator alami di dekatnya.
Dan ini bukan sekedar skenario hipotesis. Serangga telah menyebabkan kerusakan pada ekosistem buatan sebelumnya. Contohnya, pada tahun 1990-an, Biosphere 2 di AS, sebuah rumah kaca senilai USD200 juta yang dibangun sebagai proyek penelitian, dikuasai oleh spesies semut invasif yang memusnahkan populasi serangga yang sengaja diperkenalkan.
Terbungkus tembok yang menjulang tinggi, para ahli mempertanyakan apakah The Line mungkin akan terasa seperti penjara. Foto: Metro.co.uk4. Memakai bahan langka yang tidak diproduksi lokalSebagai struktur raksasa, The Line akan membutuhkan sejumlah besar bahan bangunan untuk diangkut ke lokasi gurunnya.
Gambar desain baru ini tidak menjelaskan secara detail bahan bangunan yang digunakan untuk membuat kota tersebut, namun Sterry mengatakan bahwa hal tersebut mungkin memerlukan banyak beton dan kaca.
Bahan-bahan ini terbuat dari pasir, tetapi bukan jenis yang ditemukan di gurun pasir Arab Saudi, karena pasir ini terlalu halus untuk diikat dengan baik pada bahan konstruksi.
Sebaliknya, diperlukan pasir yang lebih kasar dan bersudut yang dikeruk dari tepian dan dasar sumber air, tambang, dan garis pantai, dan sering kali pengerukannya dilakukan secara ilegal.
Karena lingkungannya yang gersang, Arab Saudi perlu mengimpor bahan-bahan konstruksi yang langka ini dan mengangkutnya dalam jarak yang jauh untuk membangun The Line. Kota ini mungkin akan menggunakan energi terbarukan, namun jejak karbon dari pembangunannya akan sangat besar.
Simak Video "Parlemen Rusia: Pendiri Telegram Pavel Durov Adalah Tahanan Politik"
[Gambas:Video 20detik]
Sentimen: negatif (88.9%)