Sentimen
Negatif (98%)
17 Agu 2024 : 12.00
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Diponegoro

Kab/Kota: Semarang

Kasus: bullying

Tokoh Terkait
Siti Nadia Tarmizi

Siti Nadia Tarmizi

Viral 'Buku Panduan' Bullying di Kalangan Calon Dokter Spesialis, Kemenkes Investigasi

17 Agu 2024 : 19.00 Views 2

Detik.com Detik.com Jenis Media: Kesehatan

Jakarta -

Viral di media sosial sebuah buku yang diduga menjadi 'pedoman' untuk melakukan perundungan. Hal ini menjadi sorotan setelah seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis prodi anestesi Universitas Diponegoro di RSUP dr Kariadi Semarang diduga bunuh diri akibat tidak kuat mengalami bullying.

Dari foto yang viral, buku tersebut memiliki sampul bertuliskan 'Unthulektomi'. Pihak Kementerian Kesehatan mengatakan pihaknya akan melakukan investigasi atas dugaan buku pedoman tersebut.

Selain itu beredar juga tangkapan layar beberapa 'panduan' yang harus dilakukan calon dokter spesialis saat menjalani program PPDS.

"Kalau ada aduan masuk ke Kemenkes pasti kita akan lakukan investigasi dan diberikan sanksi bila ada pelanggaran apalagi perundungan," kata Plt Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi, ketika dihubungi detikcom, Sabtu (17/8/2024).

"Hukumannya kalau untuk wahana pendidikannya bisa disetop. Selain itu bisa mengembalikan peserta didik atau dosen yang melakukan perundungan ke universitas, penurunan pangkat bahkan pencabutan STR dan SIP," sambungnya.

dr Nadia menuturkan bahwa persoalan perundungan di lingkungan PPDS sebenarnya sudah terjadi berulang kali. Semenjak kanal pelaporan dibuka pada tahun 2023, ia menyebut ada hampir 350 laporan aksi bullying yang terjadi di lingkungan PPDS rumah sakit vertikal.

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan pihak Kemenkes, dr Nadia tidak sepenuhnya menampik soal keberadaan buku-buku 'pedoman' perundungan.

"Dari kasus-kasus yang kita verifikasi ya, dari laporan yang masuk, memang ada seperti rulesnya apa-apa saja yang harus dilakukan sebagai seorang junior pada saat di awal menempuh pendidikan dokter spesialis," ujar dr Nadia dalam kesempatan berbeda.

Ia mengatakan bahwa laporan terkait buku-buku tersebut bisa bervariasi di setiap program studi, maupun institusi. Namun, yang menjadi masalah adalah hingga saat ini pihaknya masih belum menemukan secara nyata bentuk buku-buku tersebut.

Sering kali, pihaknya hanya menemukan potongan-potongan halaman dari buku 'pedoman' tersebut.

"Jadi kalau kita bicara ada buku atau tidak, sebagian mengatakan ada, tapi kadang-kadang kita nggak bisa menemukan buktinya. Jadi kadang bentuk fisiknya tidak didapatkan, atau juga beredar media elektronik itu juga sepotong-sepotong," sambungnya.

dr Nadia mengatakan bahwa memang tidak mudah memberantas persoalan perundungan di lingkungan PPDS. Aksi perundungan ini seakan sudah menjadi 'tradisi' yang terus berlanjut.

Kondisi ini membuat akhirnya junior PPDS menjadi takut untuk melakukan laporan. Mereka khawatir proses pendidikan mereka untuk menjadi dokter spesialis terhambat apabila nekat melapor.

"Karena ini dalam sistem pendidikan jadi ada ketakutan di junior ini pada senior atau dosennya karena nanti pada saat menempuh pendidikan jadi terkendala," ujar dr Nadia.

"Jadi kita berusaha ya untuk mendapatkan bukti-bukti, termasuk buku bullying tadi, tapi memang tidak mudah," tandasnya.


(avk/kna)

Sentimen: negatif (98.8%)