Jakarta, Beritasatu.com - Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh seorang dokter muda yang bernama Aulia Risma Lestari, seorang mahasiswi program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi sorotan, termasuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Kepala Biro Komunikasi Dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kasus perundungan di kampus tersebut bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya, sudah ada 3 kasus perundungan senior terverifikasi di FK Undip, yaitu pada rentang 2023-2024 yang masuk ke dalam laporan Kemenkes. 

"Yang dilaporkan itu ada sekitar lebih dari empat atau lima kasus, tetapi kami memverifikasi yang memang betul-betul terjadi perundungan tiga kasus," ujarnya saat dihubungi Beritasatu.com pada Kamis (15/8/2024).

Sedangkan jumlah kasus perundungan dokter di Indonesia pada 2023-2024 yang dilaporkan ke Kemenkes mencapai 320 kasus. 

Adapun jenis perundungan yang umumnya dilakukan, seperti adanya biaya yang harus dikeluarkan junior kepada senior (membelikan makanan minuman), mengambil laundry senior, serta perundungan dalam bentuk verbal dengan menggunakan kalimat-kalimat yang tidak seharusnya.

Selain itu, jam kerja berlebih, menjemput senior, dan mengerjakan tugas yang bukan bagian dari proses pendidikan. 

Melihat adanya berbagai kasus tersebut, Nadia menyatakan bahwa Kemenkes akan terus menindaklanjuti dan memberikan sanksi mulai dari pemberian surat teguran hingga penurunan jabatan pekerjaan. 

"Kita tindaklanjuti, kita proses untuk kemudian memverifikasi dan memberikan sanksi kalau betul-betul perundingan itu terjadi di instansi tersebut," tandasnya.