Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PDAM
Kab/Kota: Surabaya, Kediri, Malang, Blitar
Krisis Air Bersih Mengancam Surabaya, Ini Penyebabnya
Beritajatim.com Jenis Media: Regional
Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena perubahan iklim telah memberikan dampak nyata bagi warga Surabaya. Debit air di hulu Sungai Brantas, sumber air baku utama PDAM Surya Sembada, menurun drastis. Di sisi lain, kadar polutan di sungai meningkat sehingga mengancam ketersediaan air bersih bagi warga Kota Pahlawan.
“Kami merasakan dampak langsung dari perubahan iklim. Sungai Brantas mengalami penurunan debit air,” ujar Direktur Operasional PDAM Surya Sembada, Nanang Widyatmoko, Senin (29/7/2024).
Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya kadar polutan akibat aliran sungai yang melambat. “Aliran yang lambat menghambat penguraian polutan. Kami harus bekerja ekstra untuk mengolah air hingga layak konsumsi,” tambah Nanang.
PDAM Surya Sembada telah mengambil langkah-langkah antisipatif, termasuk melakukan hujan buatan dan berkoordinasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) untuk menambah debit air. Namun, upaya ini belum optimal karena curah hujan yang tidak merata.
“Hujan buatan dilakukan di bendungan besar di Malang dan Blitar. Namun, hujan justru lebih banyak turun di Kediri, di mana hanya ada satu bendungan besar. Akibatnya, air meluap dan menyebabkan genangan di beberapa wilayah,” jelas Nanang.
Untuk mengatasi krisis ini, PDAM Surya Sembada mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan air dan menjaga kebersihan lingkungan, terutama sungai.
“Kami mohon warga tidak membuang sampah sembarangan, terutama di sungai. Sampah adalah salah satu penyebab utama pencemaran air,” tegas Nanang.
Nanang menyebutkan, sampai saat ini, kapasitas air masih mencukupi kebutuhan warga Surabaya. Namun, menyusutnya air di hulu membuat kontrol pintu air di Jagir yang biasanya dibuka lebar, kini harus direm untuk menjaga debit air di Sungai Surabaya.
Sementara untuk kapasitas, kapasitas air masih sangat mencukupi, misalnya Ngagel itu sebenarnya butuhnya hanya sekitar 4000 – 5000 liter per detik. Sedangkan di Karang Pilang dan Ngagel itu masih ada 10 ribu liter per detik.
“Jadi secara kapasitas masih cukup, cuman kapasitas ini karena air di hulu terbatas akhrinya agak direm,” papar dia.
Meskipun biaya operasional meningkat akibat pengolahan air yang lebih intensif, PDAM Surya Sembada berkomitmen untuk tidak menaikkan tarif air bersih bagi masyarakat.
“Air adalah hak dasar masyarakat. Kami akan terus berinovasi agar tarif tetap terjangkau,” pungkas Nanang.[asg/but]
Sentimen: positif (88.7%)