Sentimen
Negatif (98%)
12 Agu 2024 : 07.09
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina, Pertamina Patra Niaga

Kab/Kota: Bogor

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

1 Jeritan Warga Usai Melonjaknya Harga Pertamax Megapolitan

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Metropolitan

12 Agu 2024 : 07.09
Jeritan Warga Usai Melonjaknya Harga Pertamax Tim Redaksi BOGOR, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax yang mulai diberlakukan sejak Sabtu (10/8/2024) menuai respons beragam dari masyarakat. Sebagian masyarakat merasa kenaikan harga BBM nonsubsidi itu menambah beban hidup, terutama bagi mereka yang menggunakan sepeda motor untuk aktivitas sehari-hari. Sejumlah warga, khususnya di Kota Bogor, menyuarakan keluhan mereka atas kenaikan ini. Salah satunya seorang pengendara sepeda motor bernama Rohati (43). Ia merasa kenaikan harga Pertamax menambah beban hidupnya yang sudah sulit. Pendapatan Rohati yang tidak menentu membuatnya semakin khawatir harga kebutuhan pokok bisa merangkak naik karena dipicu oleh kenaikan harga BBM. “Kalau BBM sudah naik, biasanya harga barang-barang lain juga ikut naik. Saya semakin sulit atuh ya mengatur pengeluaran, mana pendapatannya tidak ada," ujar Rohati saat diwawancarai Kompas.com , Minggu (11/8/2024). Warga lainnya, Risman (31), juga merasakan dampak kenaikan harga Pertamax ini. Dengan penghasilan yang tidak menentu, Risman terpaksa harus mencari cara untuk menghemat pengeluaran sehari-hari. Ia harus mengurangi frekuensi bepergian menggunakan kendaraan pribadi dan memilih untuk menggunakan transportasi umum. “Sekarang, saya harus naik angkot, kereta, karena untuk membeli bahan bakar motor saja harus berpikir dua kali," kata Risman. Ia juga mengeluhkan minimnya pemberitahuan tentang kenaikan harga ini, yang menurutnya terkesan mendadak. “Masyarakat terima atau enggak, intinya kita harus mengikuti kan," tambahnya dengan nada pasrah. Endang (42), seorang pengemudi ojek online , mengaku keberatan dengan kenaikan harga Pertamax. Namun, dia tidak punya pilihan selain mengikuti keputusan tersebut. "Motor saya sudah pakai RON 92, kalau pakai Pertalite performanya jadi kurang maksimal, dan saya khawatir mesin cepat rusak. Mending keluar uang lebih, tapi motor tetap prima," ungkap Endang. Bagi Endang, menjaga performa mesin motornya tetap optimal adalah hal yang tidak bisa ditawar, meskipun itu berarti mengeluarkan biaya lebih banyak untuk BBM. Warga Bogor lainnya, Apri Hidayat (31), juga merasakan dampak dari kenaikan harga ini. Sebagai seorang pengusaha, Apri merasa kenaikan harga Pertamax menambah beban hidupnya, terutama karena ekonomi masyarakat belum sepenuhnya pulih pascapandemi Covid-19. “Saya ada usaha, kemarin waktu masa Covid saja belum sepenuhnya pulih, masih merangkak istilahnya. Sekarang harus dibebani lagi Pertamax naik," ujar Apri. Kenaikan harga Pertamax ini bukan hanya sekadar masalah tambahan biaya untuk transportasi, tetapi juga kekhawatiran akan efek domino yang mungkin terjadi pada harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Bagi banyak warga, seperti Rohati, yang pendapatannya tidak menentu, kenaikan ini menjadi tantangan besar dalam mengatur keuangan harian. Meski demikian, warga berharap ada solusi jangka panjang yang bisa mengurangi dampak kenaikan harga BBM terhadap kehidupan sehari-hari mereka, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih. Diketahui, PT Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian harga BBM pada Agustus 2024, dengan menaikkan harga Pertamax dari Rp 12.950 per liter menjadi Rp 13.700 per liter yang berlaku mulai 10 Agustus 2024. Kenaikan ini berlaku di wilayah dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar lima persen. “Seperti badan usaha lain, Pertamina juga melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi,” ujar Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, kepada Kompas.com , Sabtu (10/8/2024). Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (98.4%)