Menteri Suharso: Jalankan Hilirisasi untuk Perkuat Struktur Industri
Beritasatu.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, Beritasatu.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional(PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menekankan pentingnya hilirisasi dalam pengelolaan produk ekspor. Khususnya, untuk pengelolaan produk komoditas menjadi barang dengan nilai tambah lebih tinggi.
”Struktur ini harus diperbaiki karena hulu in the middle ini penting kita olah. Di situlah tempat terbentuknya nilai tambah yang besar,” ucapnya dalam acara Investor Daily Round Table (IDRT) di Hotel Mulia pada Selasa (13/8/2024).
Dengan adanya hilirisasi, kata Suharso, produk ekspor Indonesia bisa dikelola menjadi barang yang memiliki fungsi lebih banyak karena memiliki nilai tambah baru. Dia mencontohkan, dari ekspor komoditas minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) seharusnya bisa dikelola menjadi produk turunan dengan fungsi yang lebih banyak.
“Di hulu kita punya crude palm oil, di hilir kita banyak industri kecil, tetapi di tengah kita kosong. Yang di bawah kita harus impor. Begitu kita impor maka nilai CPO tidak terkait langsung,” terangnya.
Suharso menjelaskan Indonesia juga belajar dari kebijakan ekspor yang dilakukan oleh China. Negara tersebut membuka peran investor untuk terlibat dalam kebijakan ekspor.
Namun, negara tirai bambu itu juga ikut terlibat khususnya dari sisi teknologi. Hal tersebut memberikan dampak positif ke perekonomian China.
“Dengan pelan dan pasti struktur industri terbentuk. Saat struktur industri terbentuk, meningkatkan daya beli di lokal terbentuk. Ketika industrinya shifting, ekspor mereka turun yang mereka andalkan adalah konsumsi dalam industri,” terang Suharso.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi di bidang hilirisasi telah mencapai Rp 181,4 triliun atau 21,9% dari total realisasi investasi semester I-2024. Realisasi investasi selama semester I 2024 sebesar Rp 829,9 triliun.
Realisasi investasi hilirisasi pada komoditas mineral terbagi dalam smelter sebesar Rp 114,1 triliun, nikel Rp 80,9 triliun, tembaga Rp 28 triliun, bauksit Rp 5,1 triliun, dan timah Rp 100 miliar. Realisasi investasi pada sektor kehutanan, yaitu dalam bentuk pulp dan paper sebesar Rp 24,5 triliun.
Realisasi investasi hilirisasi pada sektor pertanian melalui minyak kelapa sawit/oleokimia sebesar Rp 23,6 triliun. Realisasi investasi hilirisasi pada sektor minyak dan gas (migas) petrochemical sebesar Rp 13,2 triliun.
Realisasi investasi hilirisasi pada ekosistem kendaraan listrik dilakukan melalui baterai kendaraan listrik senilai Rp 6 triliun. Pada kuartal II-2024 tercatat nilai hilirisasi sebesar Rp 105,6 triliun atau 24,6% dari realisasi investasi kuartal II 2024.
Realisasi investasi pada kuartal II 2024 sebesar Rp 428,4 triliun. Realisasi investasi hilirisasi pada komoditas mineral terbagi dalam smelter sebesar Rp 70,9 triliun, nikel Rp 47,5 triliun; tembaga Rp 19,6 triliun, bauksit Rp 3,7 triliun, dan timah Rp 100 miliar.
Sentimen: positif (94%)