Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Rezim Orde Baru
Tokoh Terkait
Tauhid Ahmad
Konsumsi Rumah Tangga Masih Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Alasannya
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data Badan Pusat Stastik (BPS) mencatat kontribusi konsumsi rumah mencapai angka 54,33% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2024. Lantas, apa penyebabnya?
Chief Economist PermataBank & Head of PIER (Permata Institute for Economic Research) Josua Pardede mengatakan konsumsi rumah tangga masih mempunyai sumbangsih besar karena Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang besar.
Menurut Josua jumlah populasi Indonesia yang tembus 275,5 juta jiwa sebenarnya adalah magnet investasi. Tapi, hal ini bisa menjadi beban jika tidak ditopang oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.
"Saking banyaknya penduduk, kalau kualitas SDM-nya tidak ditingkatkan, kita bisa jadi kalah bersaing. Akan sulit untuk mencari investasi," ucap Josua kepada detikcom, Selasa (6/8/2024).
Adapun Ekonom Senior INDEF Tauhid Ahmad, mengatakan konsumsi rumah tangga masih menjadi faktor utama karena sebagai negara berkembang, perekonomian Indonesia masih bergantung pada jumlah penduduk yang besar. "Kebutuhan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat menjadi lebih tinggi, butuh makanan dan sebagainya, itu yang kemudian menggerakkan ekonomi," jelasnya.
Meskipun demikian, Tauhid menjelaskan bahwa situasi ini sebenarnya baru terjadi selama 20 sampai 30 tahun ke belakang. Di masa Orde Baru, ia mengatakan bahwa Indonesia sempat lepas dari ketergantungan terhadap konsumsi rumah tangga karena besarnya arus investasi yang masuk ke Indonesia.
Oleh sebab itu, Tauhid menilai Indonesia sejatinya bisa lepas dari ketergantungan terhadap konsumsi rumah tangga. Tapi, Indonesia memang perlu inovasi yang besar seperti pengembangan dan penggunaan teknologi. Sebab, jumlah tenaga kerja yang banyak dengan ongkos yang murah kini tidak menjadi gula-gula utama untuk menarik investor masuk ke Indonesia.
Di sisi lain, ketergantungan Indonesia terhadap konsumsi rumah tangga bisa berakibat terhadap beberapa hal. Pertama, adalah bergantungnya perekonomian nasional terhadap daya beli masyarakat. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu cepat. Investasi pun diperlukan agar perekonomian Indonesia bisa melesat.
"Inovasi, teknologi, dan research & development perlu didorong agar investasi masuk kemari. Kalau (hanya) bergantung pada konsumsi, pertumbuhan ekonomi kita hanya akan 5% terus. Harus bergeser," jelas dia.
(kil/kil)Sentimen: netral (78%)