Sentimen
Negatif (99%)
6 Agu 2024 : 07.10
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Tokoh Terkait

Tanda Kiamat Makin Dekat, Apa yang Aneh Jadi Biasa Saja

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

6 Agu 2024 : 07.10

Jakarta, CNBC Indonesia - Penelitian baru memprediksi fenomena El Nino ekstrem akan makin parah dan lebih sering terjadi.

Beberapa model yang dibuat sebelumnya menyebutkan ada kemungkinan El Nino bakal menjadi peristiwa yang permanen.

Ini akan membuat angin pasat bertiup di sekitar khatulistiwa melemah. Sementara perairan Pasifik Timur menjadi lebih hangat.

Namun, tidak semua peneliti setuju dengan model El Nino permanen. Peneliti Tobias Bayr dan rekannya menemukan model iklim yang sangat baik untuk mewakili siklus kedua peristiwa tersebut.

Temuannya adalah pemanasan global tak membuat El Nino menjadi permanen. Namun, kondisi itu akan makin parah dan lebih sering terjadi, dikutip dari Live Science, Senin (5/8/2024).

Dalam kondisi sekarang, model menyebutkan akan ada 8-9 El Nino ekstrem per abad. El Nino ekstrem ditentukan dari jumlah curah hujan di kawasan tropis tengah Pasifik selama Bumi Utara mengalami musim dingin.

Jumlahnya akan meningkat menjadi 26 El Nino ekstrem per abad jika "kiamat" pemanasan global membuat suhu Bumi 3,7 derajat Celcius. Dalam kondisi seperti ini, temuan para peneliti adalah 90,4% El Nino bakal separah El Nino terburuk yang terjadi di periode 1997-1998.

Pada 1997-1998, El Nino menyebabkan kematian 23.000 orang dan kerugian miliaran dolar AS di seluruh dunia akibat badai, banjir, wabah terkait banjir, dan kekeringan.

Namun temuan ini membuka pertanyaan soal apakah El Nino menjadi titik kritis dalam iklim. Titik kritis merujuk pada perubahan yang sangat drastis dalam iklim Bumi. Saking drastisnya, kondisi Bumi tidak akan kembali "normal" jika suhu turun setelah panas ekstrem.

El Nino diganti La Nina

BMKG menyatakan, fenomena El Nino di Indonesia sudah berakhir. Hal itu ditandai anomali suhu muka laut yang menunjukkan ENSO di fase Netral. Selanjutnya, akan berganti dengan datangnya La Nina mulai Agustus 2024.

La Nina diprediksi masuk RI ketika sebagian wilayah mengalami puncak musim kemarau tahun 2024.

Masuknya La Nina di saat musim kemarau di Indonesia, diharapkan dapat membantu mengurangi dampak musim kemarau tahun 2024 ini. Yang akan menghasilkan musim kemarau basah di wilayah-wilayah Indonesia.

Saat La Nina, sebagian besar wilayah Indonesia mengalami peningkatan curah hujan sebanyak 20-40% pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) dan September-Oktober-November (SON).

Sedangkan pada periode Desember-Januari-Februari (DJF) dan Maret-April-Mei (MAM) sebagian wilayah barat Indonesia mengalami peningkatan curah hujan karena pengaruh angin monsun.

"Namun demikian bukan diartikan tidak ada kemarau sama sekali. Hanya saja terjadi peningkatan curah hujan dalam periode tersebut sehingga seringkali disebut sebagai kemarau basah," tulis BMKG di situs resmi, dikutip Rabu (31/7/2024).

La Nina tahun 2024 ini diprediksi La Nina lemah. Sehingga, potensi turunnya hujan di Indonesia pun tak hanya dipengaruhi oleh La Nina.

Apa itu La Nina

Secara garis besar, Iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik.

Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.

Dan, ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya.

Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.

Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan badai tropis.

Kondisi La Nina ini dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.


(dem/dem)

Sentimen: negatif (99.8%)