Sentimen
2 Agu 2024 : 08.45
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Event: Perang Dunia II
Kab/Kota: Ambon, Gowa, Poso, Doha, Beijing, Helsinki
Kasus: HAM
Partai Terkait
Tokoh Terkait
joko widodo
Ismail Haniyeh
Jusuf Kalla
6 Jusuf Kalla sebagai Aktor Internasional Nasional
Kompas.com Jenis Media: Regional
2 Agu 2024 : 08.45
Jusuf Kalla sebagai Aktor Internasional
Penulis Pemerhati Masalah Hubungan Internasional
PERTEMUAN
M.
Jusuf Kalla
, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Doha Qatar, 12 Juli 2024 lalu, dari perspektif Ilmu Hubungan Internasional, semakin mengukuhkan tesis tentang pentingnya eksistensi dan peranan aktor nonnegara dalam hubungan antarbangsa.
Didukung pula fakta bahwa lalu lintas hubungan internasional tidak lagi semata urusan
power politics
tentang bagaimana suatu negara meningkatkan pengaruh politiknya atas negara atau kawasan lainnya.
Manusia kini saling terhubung dengan beragam kepentingan secara sosial, budaya, ekonomi dan politik melampaui batas negara.
Pasca-Perang Dunia II, hubungan internasional memang sedemikian kompleks, pola interaksi yang terjadi semakin beragam.
Tidak saja menghadirkan negara sebagai aktor, tetapi dunia menyajikan sejumlah pertemuan lintas batas berskala dunia mulai dari organisasi internasional, organisasi nonpemerintah, komunitas, bahkan individu yang menjadikan
perdamaian
, apakah itu penghentian perang maupun upaya menghapus kemiskinan serta kemalaratan masyarakat dunia sebagai topik utama pembicaraan.
Perdamaian
dan aktor internasional menjadi hal yang saling berkaitan, mengingat perdamaian hanya dapat ditegakkan melalui peran aktif aktor internasional.
Pergeseran pandangan tentang peran negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional, menjadi energi besar bagi penegakan perdamaian, karena membuka kesempatan banyak pihak mengambil inisiatif menciptakan tata dunia yang lebih baik.
Mungkin itu pula sebabnya tidak terjadi perang besar sebagaimana Perang Dunia I dan II sampai pada awal abad milenial ini.
Mungkin biasa muncul pertanyaan ketika Jusuf Kalla melakoni peran dalam penyelesaian konflik antarbangsa atau konflik internal dalam suatu negara, baik sebagai pembicara dalam seminar atau konferensi, hingga didaulat membantu penyelesaian konflik sebagai mediator, ketika itu Kalla dalam kapasitas sebagai apa dan mewakili siapa?
Mewakili negara tentu tidak, karena Kalla bukan lagi pejabat resmi pemerintahan. Di sinilah fungsi dan predikat sebagai aktor nonnegara berlaku. Kalla mewakili dirinya sebagai aktor internasional dengan peran sebagai mediator.
Ada beberapa tokoh internasional yang memainkan peran seperti Kalla selaku mediator dalam suatu konflik. Sebut saja mendiang Perdana Menteri Finlandia, Marti Ahtisaari, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian atas jasanya membantu memediasi sejumlah konflik internasional, termasuk konflik Aceh.
Seseorang dapat mencapai “posisi” seperti itu pastilah karena pengalamannya yang panjang. Jusuf Kalla melaluinya sejak muncul sebagai aktivis kampus era 1960-an, masa ketika dinamika kemahasiswaan dan politik nasional memberinya banyak pelajaran penting tentang pergolakan politik-ekonomi nasional.
Demikian pula pengalaman Kalla sebagai pengusaha yang dalam perjalanannya berhadapan beragam krisis.
Selain itu, pengalaman Kalla ketika menduduki posisi strategis dalam pemerintahan sebagai menteri hingga wakil presiden, sekaligus tokoh politik selaku Ketua Umum Partai Golkar.
Saat Kalla menjabat sebagai Menko Kesra era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, Ia diberi tugas mengurus nasib pengungsi Poso Sulawesi Tengah yang pada awal 2000-an dilanda konflik horizontal.
Bagi Kalla, sekadar memberi makan ribuan pengungsi, di saat yang sama konflik terus berkobar, tidaklah menyelesaikan masalah. Kalla kemudian mengupayakan solusi damai sebagai penyelesaian permanen.
Kedua pihak bertikai pun berhasil didamaikan lewat Perundingan Malino, 20 Desember 2001, di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Hal yang sama dilakukan Kalla ketika menyelesaikan Konflik SARA di Ambon Maluku. Kalla berhasil membujuk dua pihak bertikai untuk mengakhiri konflik horizontal melalui jalan damai lewat Pertemuan Malino II, 11-12 Februari 2002, di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Sukses sebagai juru damai konflik Poso dan Ambon, Kalla mulai membidik penyelesaian konflik lebih besar, konflik Aceh.
Masih ketika Menko Kesra di era Presiden Megawati, Kalla meminta restu Mega di ujung masa jabatannya untuk membuka diolog dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM), tujuannya mencari solusi damai atas penyelesaian konflik Aceh.
Namun inisiasi Kalla ini sempat terpotong transisi pemerintahan dari Mega-Hamzah Haz kepada Susilo Bambang Yudhoyono-JK yang memenangi Pilpres 2004.
Pasca-Tsunami Aceh 2005, saat menjabat sebagai Wapres mendampimgi SBY, Kalla menghidupkan kembali kampanye perdamaiannya untuk Aceh.
Melihat kondisi Aceh yang porak poranda diterjang tsunami, masyarakat yang nyaris kehilangan harapan, Kalla mencari formula agar rekonstruksi segera terlaksana.
Namun, dengan kondisi keamanan yang rawan, proses rekonstruksi tersebut tidak mudah. Kalla membuka negosiasi damai dengan GAM, agar dicapai kesepakatan yang memungkinkan memberi jaminan keamanan pelaksanaan rekonstruksi sekaligus sebagai solusi damai atas konflik Aceh yang sudah berlangsung lebih dari 30 tahun.
Menteri Hukum dan HAM RI ketika itu, Hamid Awaludin dipercaya Kalla sebagai Ketua Juru Runding Indonesia. Sedangkan rekannya Malik Machmud selaku Ketua Juru Runding GAM.
Dengan mediasi Marti Ahtisaari, Pemerintah RI dengan GAM berhasil mencapai kesepakatan damai seperti yang tertuang dalam Kesepakatan Helsinki, 15 Agustus 2005.
Kisah sukses Kalla dalam sekuel perdamaian Poso, Ambon dan Aceh, membuat namanya identik dengan perdamaian, bahkan sering dijuluki sebagai juru damai, bukan hanya di Indonesia melainkan hingga ke mancanegara.
Perdamaian seakan menjadi
legacy
seorang Kalla. Wawancara media, kuliah umum di berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, menjadi pembicara dengan tema resolusi konflik dan perdamaian di berbagai diskusi serta seminar hingga undangan sebagai pemantau pemilu di sejumlah negara, jadi kesibukan tak terelakkan dari Kalla setelah pensiun sebagai pejabat pemerintah.
Rencananya pulang kampung pascamenjabat Wapres SBY 2004-2009 tak bisa dilakoninya. Kalla terus bergerak menyebar spirit perdamaian di berbagai tempat dan kesempatan.
Terbentuknya kepercayaan publik kepada Kalla sebagai Juru Damai kemudian menjadikannya naik kasta dari penyelesaian konflik dalam negeri merambah ke level internasional.
Salah satu yang menantang tentunya ketika memediasi penyelesaian konflik Afghanistan. Sejak 2018, Kalla berduet dengan Hamid Awaludin aktif melakukan misi bolak balik menjembatani keinginan pemerintahan Ashraf Ghani di Kabul dengan kelompok Taliban berbasis di Qatar yang saat itu saling berhadapan.
Mediasi Kalla ini terbilang sukses mengawal proses transisi kekuasaan di Afghanistan.
Kalla dalam beberapa kali pertemuan dengan juru runding Taliban di Doha, menekankan pentingnya pemberian amnesti dari Taliban kepada pendukung serta pemerintahan dari rezim Ashraf Ghani.
Saran yang terbukti dilaksanakan Taliban. Tidak heran saat Kabul jatuh ke tangan Taliban, tidak terjadi aksi balas dendam pasukan Taliban terhadap tentara pendukung pemerintah yang tadinya disokong Amerika.
Kepanikan dan ketakutan memang sempat mewarnai Bandara Internasional Kabul saat Amerika menarik pasukannya, namun hal itu berangsur pulih.
Hingga kini, menurut otoritas Kabul, sekitar 2-3 juta pengungsi telah kembali ke berbagai kota di Afghanistan.
Memediasi proses perdamaian Afghanistan bukan tanpa risiko bagi Kalla. Apalagi ketika momen itu berlangsung, masyarakat Indonesia terutama di jagad maya sedang terbelah dalam dua kubu "kadrun" dan "cebong".
Akibatnya Kalla tak jarang "dirujak" netizen sebagai pendukung kelompok Taliban. Kalla sadar dengan risiko tersebut, tetapi ia tidak pernah surut mengawal proses perdamaian yang diyakininya benar dan bermanfaat bagi kemanusiaan.
Kalla dengan sabar tetap menjembatani komunikasi dua pihak yang terlibat pertikaian berdarah.
Ketika Taliban mulai mantap memegang kendali pemerintahan Afghanistan, Kalla tidak hentinya memberi pertimbangan yang disebutnya “layanan purna jual.”
Pada kunjungannya ke Kabul pada 2 Juni 2024, Kalla membawa misi penting lanjutan, khususnya soal pemberdayaan perempuan.
Kepada Wakil Perdana Menteri Afghanistan, Abdul Ghani Baradar dan Menteri Pertahanan Afghanistan Mullah Muhammad Jacoob Mujahid, Kalla menyampaikan pesan moderasi agar Afghanistan memberi kesempatan yang luas kepada perempuan untuk menempuh pendidikan.
Peranan perempuan sangat penting bagi Islam sebagaimana Sitti Aisyah, istri Rasulullah Muhammad SAW yang begitu berperan dalam syiar Islam meriwayatkan lebih 2000 hadist, ujar Kalla saat bertemu pemimpin Taliban tersebut.
Kalla bahkan dengan lugas mengingatkan Taliban, hal yang masih membuat dunia mengucilkan adalah pembatasan yang dilakukan rezim Taliban terhadap pendidikan kaum perempuan. Karena itu, akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan harus dibuka selebar-lebarnya.
Kini nama Kalla kembali beredar dalam pentas internasional, menyusul pertemuannya dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, 12 Juli 2024 di Doha Qatar.
Saat bertemu Haniyeh, yang tewas terbunuh pada Rabu (31/8), Kalla menyampaikan pentingnya Hamas dan Al Fatah (Faksi terbesar dalam PLO) bersatu kemudian membuka pembicaraan damai dengan pihak Israel. Baik Fatah maupun Haniyeh saat itu telah mengisyaratkan keinginan baiknya.
Misi damai yang diusung Kalla di Doha terbilang sukses. Dalam sehari, Kalla berhasil bertemu pihak Fatah, Hamas (Ismail Haniyeh) serta berkontak dengan salah seorang pejabat tinggi Israel via telepon.
Pascapertemuan ini, Kalla oleh Fatah dan Hamas, diharapkan menjadi mediator kepada pemerintah Indonesia agar bersedia menjadi tuan rumah pertemuan di Jakarta sebagai lanjutan perundingan Beijing.
Kalla pun bergerak cepat menyampaikan keinginan kedua pihak tersebut kepada Presiden RI, Joko Widodo, yang disetujui oleh Presiden.
Hanya saja Haniyeh keburu tewas terbunuh yang tentu akan berpengaruh terhadap agenda perdamaian Palestina-Israel ke depan.
Kalla terjadwal menghadiri pemakaman Ismail Haniyeh di Doha Qatar atas undangan pihak Hamas.
Di Doha, Kalla akan kembali bertemu dengan petinggi Fatah dan Hamas yang diharapkan menjadi modal untuk melanjutkan pembicaraan damai konflik Palestina-Israel.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: positif (100%)