Sentimen
Negatif (100%)
29 Jul 2024 : 17.00
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Tel Aviv, Yerusalem

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Yoav Gallant

Yoav Gallant

Siapa Suku Druze, Berpeci-Kerudung di Makam Korban Roket Golan Israel?

29 Jul 2024 : 17.00 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Jakarta, CNBC Indonesia - Ribuan pelayat menghadiri upacara pemakaman korban serangan roket, di Dataran Tinggi Golan, Majdal Shams, Minggu waktu setempat. Setidaknya 12 anak dan remaja tewas akibat serangan Sabtu di sebuah lapangan sepak bola di Majdal Shams.

Kondisi ini terjadi di tengah panasnya baku tembak tentara Israel dan milisi Lebanon, Hizbullah. Israel menunjuk kelompok itu bertanggung jawab meski Hizbullah membantahnya.

"Hizbullah akan membayar harga yang mahal .... harga yang belum pernah dibayar sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dikutip AFP, Senin (29/7/2024).

"Tidak ada hubungannya," bantah Hizbullah.

Namun ada yang menarik dari pemakaman yang dilakukan. Di mana warga yang hadir menggenakan menggenakan pakaian tradisional seperti peci bagi pria dan kerudung bagi wanita.

Diketahui penduduk Golam adalah etnis Druze. Mereka adalah pengguna bahasa Arab yang menjadi warga Israel.

Lalu siapa sebenarnya siapa sebenarnya etnis Druze yang menjadi korban serangan itu?


Dataran Tinggi Golan

Untuk mengenal etnis Druze perlu mengetahui apa itu Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini adalah dataran tinggi strategis yang direbut Israel dari Suriah selama Perang Enam Hari pada tahun 1967, sebelum secara resmi mencaploknya pada tahun 1981.

Bentang alam wilayah ini adalah perbukitan, sekitar 500 mil persegi. Areanya berbatasan dengan Yordania dan Lebanon.

Dataran Tinggi Golan dianggap sebagai wilayah aneksasi alias pendudukan berdasarkan hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Suriah hingga kini terus menuntut agar wilayah itu dikembalikan.

Daerah ini di 2019 menjadi "hot spot" kala mantan Presiden Donald Trump sesumbar akan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Ini dianggap sebagai sebuah langkah yang membatalkan kebijakan selama bertahun-tahun dan memperburuk ketegangan dengan Suriah.

Israel sendiri melihat Dataran Tinggi Golan sebagai kunci bagi kepentingan keamanan nasionalnya. Tel Aviv kerap mengatakan mereka perlu mengendalikan wilayah tersebut untuk menangkis ancaman dari Suriah dan kelompok proksi Iran di sana.

Serangan hari Sabtu bukanlah yang pertama di Dataran Tinggi Golan sejak perang Israel terhadap Hamas di Gaza dimulai setelah serangan 7 Oktober.

Pada awal Juli, serangan roket Hizbullah menewaskan dua orang di wilayah tersebut, yang mendorong kepala Dewan Regional Golan Israel untuk menyerukan pembalasan "dengan kekerasan" terhadap kelompok Lebanon tersebut.

Foto: Para pendeta Druze menghadiri pemakaman sekitar 12 anak-anak dan remaja yang tewas dalam serangan roket di lapangan sepak bola di desa Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel, Minggu, 28 Juli 2024. Ini adalah serangan paling mematikan terhadap target Israel di sepanjang perbatasan utara negara itu sejak pertempuran antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, dimulai. (AP/Leo Correa) Etnis Druze Beragama Islam?

Druze adalah sekte Arab yang beranggotakan sekitar satu juta orang yang sebagian besar tinggal di Suriah, Lebanon, dan Israel. Berasal dari Mesir pada abad ke-11, kelompok ini mempraktikkan cabang Islam yang tidak mengizinkan orang pindah agama, dan tidak mengizinkan perkawinan campur.

Lebih dari 20.000 orang Druze tinggal di Dataran Tinggi Golan. Sebagian besar dari mereka mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah dan menolak tawaran kewarganegaraan Israel ketika Israel merebut wilayah tersebut pada tahun 1967.

Mereka yang menolak diberi kartu penduduk Israel. Tetapi hingga kini, mereka tidak dianggap sebagai warga negara Israel.

"Tidak seorang pun dari orang Druze yang tewas dalam serangan hari Sabtu di lapangan sepak bola itu memegang kewarganegaraan Israel," kata Dewan Regional Majdal Shams mengatakan kepada CNN International, dikutip Senin (29/7/2024).

Berbagi Wilayah dengan Yahudi

Orang Druze di Dataran Tinggi Golan berbagi wilayah dengan sekitar 25.000 orang Yahudi Israel, yang tersebar di lebih dari 30 pemukiman. Tahun lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB meneriakkan peringatan atas rencana Israel untuk menggandakan populasi pemukim di Golan pada tahun 2027.

Menurut Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Rasial, warga Druze Suriah di Golan telah menderita kebijakan diskriminatif. Terutama yang berkaitan dengan alokasi tanah dan air.

"Selama bertahun-tahun, perluasan pemukiman Israel dan aktivitasnya telah mengurangi akses petani Suriah terhadap air, karena kebijakan diskriminatif terkait harga dan biaya," kata komite PBB.

Warga Druze di Dataran Tinggi Golan secara historis menentang hukum Israel yang mereka lihat sebagai upaya "Israelisasi". Pada tahun 2018, ribuan pengunjuk rasa yang dipimpin Druze menentang Undang-Undang Dasar Negara-Bangsa Yahudi yang diajukan oleh parlemen Israel, karena khawatir undang-undang itu akan memperdalam diskriminasi.

Undang-undang tersebut menetapkan Israel sebagai rumah bersejarah bagi orang-orang Yahudi dengan Yerusalem yang "bersatu" sebagai ibu kotany. Di mana UU itu menyatakan bahwa orang-orang Yahudi "memiliki hak eksklusif untuk menentukan nasib sendiri secara nasional" di Israel.

Para pemimpin Druze saat itu mengatakan undang-undang kontroversial itu membuat mereka merasa seperti warga negara kelas dua karena tidak menyebutkan kesetaraan atau hak-hak minoritas. Data terbaru yang dilaporkan di media Israel menunjukkan peningkatan jumlah orang Druze yang memilih kewarganegaraan Israel, dari 75 saja di 2017 menjadi 239 di 2021.

Foto: Warga berkumpul mengantarkan jenazah saat pemakaman anak-anak yang tewas pada sebuah lapangan sepak bola akibat serangan roket Hizbullah di Desa Druze, Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel, Minggu (28/7/2024). (REUTERS/Ammar Awad)
Komunitas Druze di Luar Golan

Di luar Golan, warga etnis Druze tinggal di wilayah Carmel dan Gallilee di Israel Utara. Berbeda dengan komunitas minoritas lain di dalam perbatasan Israel, banyak di antara mereka yang sangat patriotik.

Pria Druze berusia di atas 18 tahun telah direkrut menjadi IDF sejak 1957 dan sering kali menduduki jabatan tinggi. Sementara banyak yang membangun karier di kepolisian dan pasukan keamanan.


(sef/sef)

Sentimen: negatif (100%)