Sentimen
27 Jul 2024 : 12.15
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Surabaya, Menteng
Kasus: Tragedi Kudatuli
Tokoh Terkait
Berkaca dari Peristiwa Kudatuli, PDI-P: Arus Bawah Mampu Lawan Tembok Kekuasaan
27 Jul 2024 : 19.15
Views 2
Kompas.com Jenis Media: Nasional
Berkaca dari Peristiwa Kudatuli, PDI-P: Arus Bawah Mampu Lawan Tembok Kekuasaan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com -
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan
Hasto Kristiyanto
menyatakan, peristiwa
27 Juli 1996
atau
Kudatuli
menandakan bahwa kekuatan arus bawah mampu melawan kekuatan penguasa.
"Percayalah bahwa kekuasaan, setebal apapun tembok kekuasaan itu dibangun, Kudatuli mengajarkan kekuatan arus bawah tidak bisa dibungkam," ujar Hasto dalam acara peringatan peristiwa Kudatuli di Kantor DPP
PDI-P
, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (27/7/2024).
"Kekuasaan arus bawah mampu melawan berbagai tembok-tembok kekuasaan yang lupa diri. Makna sejatinya kekuasaan untuk rakyat untuk kepemimpinan Indonesia bagi dunia," ujar dia.
Oleh karena itu Hasto mengajak kader PDI-P untuk terus turun ke bawah guna mengingatkan maksud dari kekuasaan yang sejatinya ada pada rakyat.
Ia pun menegaskan bahwademokrasi merupakan sistem yang berdasarkan kekuasaan rakyat yang harus terus diperjuangkan.
"Karena kekuasaan bisa lupa ketika jatuh pada kenikmatan dari kekuasaan itu sendiri," ujar Hasto.
Peristiwa Kudatuli
Peristiwa Kudatuli atau 27 Juli 1996 merupakan salah satu sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia.
Insiden yang menewaskan 5 orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka serta 23 orang dinyatakan hilang ini disebut sebagai Peristiwa Kudatuli, atau akronim dari Kerusuhan dua puluh tujuh Juli.
Kudatuli terjadi di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat.
Pecahnya kerusuhan di Kantor DPP PDI dilatarbelakangi internal partai ini yang terpecah menjadi dua kubu, yakni kelompok yang dipimpin Megawati dan Soerjadi.
Sebelum kerusuhan terjadi, PDI kedatangan "sosok baru" pada 1987, yakni Megawati, yang mampu mendongkrak suara partai di pemilu.
Kehadiran putri Soekarno tersebut kemudian membuat popularitasnya melejit, sementara Soerjadi yang berstatus sebagai Ketum PDI menjadi ketar-ketir.
PDI lalu menghelat KLB di Surabaya yang menyatakan Megawati terpilih sebagai ketum periode 1993-1998.
Hasil KLB Surabaya kemudian dikukuhkan dalam musyawarah nasional (munas) pada 22 Desember 1993 di Jakarta. Megawati lalu resmi menjabat sebagai Ketum PDI.
Meski begitu, Soerjadi yang sebelumnya menjadi Ketum PDI dinyatakan kembali terpilih sebagai Ketum PDI berdasarkan KLB pada 22 Juni 1996 di Medan.
Setelahnya, muncul ketegangan politik yang berujung dengan beredarnya isu perebutan kantor DPP PDI jelang Juli 1996.
Pada saat itu, Megawati mendapat dukungan dari aktivis dan mahasiswa yang menentang rezim Ode Baru di bawah kekuasaan Soeharto.
Mendengar Kantor DPP akan direbut, PDI kubu Megawati melakukan penjagaan di lokasi pada siang dan malam hari.
Namun, pada 27 Juli 1996 suasana Kantor DPP PDI seketika memanas setelah kedatangan sekelompok massa yang berasal dari kubu Soerjadi.
Massa kubu Soerjadi menyerang Kantor DPP PDI dengan melempar batu dan mencaci-maki pendukung Megawati. Kerusuhan pun tak terelakkan hingga menimbulkan korban jiwa.
Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Sentimen: netral (79.9%)