Sentimen
Positif (96%)
26 Jul 2024 : 18.28
Informasi Tambahan

Institusi: MUI

Tokoh Terkait
Maratua Simanjuntak

Maratua Simanjuntak

Pemuka agama  gunakan narasi kerukunan

26 Jul 2024 : 18.28 Views 2

Elshinta.com Elshinta.com Jenis Media: Politik

Wapres Ma`ruf Amin mengingatkan seluruh pemuka agama untuk menghindari penyampaian ajaran agama dengan narasi konflik. (foto: Setwapres) Pesan Wapres Ma1ruf Amin: Pemuka agama  gunakan narasi kerukunan Dalam Negeri    Widodo    Kamis, 25 Juli 2024 - 21:31 WIB

Elshinta.com - Wapres Ma'ruf Amin mengingatkan seluruh pemuka agama untuk menghindari penyampaian ajaran agama dengan narasi konflik. Ia meminta pemuka agama menyampaikan pesan dengan narasi kerukunan.

"(Pemuka-red) agama-agama itu ketika menyampaikan harus menggunakan narasi-narasi kerukunan. Jangan narasi konflik. Kalau agama ini membawa narasi konflik, ya konflik. Tapi kalau narasinya kerukunan, tidak terjadi konflik,” kata Ma'ruf saat menerima audiensi Forum Keberagaman Nusantara (FKN) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, sebagaimana keterangan Biro Pers Sekretariat Wapres, Kamis (25/7/2024).

Pernyataan Ma'ruf itu merupakan implementasi bingkai teologis dalam 4 pilar kerukunan yang disampaikannya kepada FKN. Empat pilar kerukunan itu diperlukan sebagai salah satu upaya menjaga keberlanjutan keberagaman bangsa Indonesia.
“Masing-masing boleh berdakwah menyampaikan ajarannya, tapi jangan narasi konflik. Teologinya kerukunan, jangan teologi konflik,” tandas Wapres.
Selain bingkai teologis, di awal Wapres menyebut implementasi menjaga keberagaman dari bingkai politis. Bingkai politis, kata Ma'ruf yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). "Ini bingkai politis sudah menjadi aturan ketetapan negara. Tapi itu dalam tataran politisnya," ujarnya.

Ma'ruf melanjutkan, implementasi bingkai politis dalam menjaga keberagaman adalah dengan menetapkan kesepakatan tersebut dalam kehidupan masyarakat, sehingga, kata Wapres, negara kesatuan bukan hanya dalam arti politis. "Tapi juga dalam arti sosial. Seluruhnya menjadi kesatuan,” ujarnya.

Lebih lanjut Wapres menyampaikan, melalui implementasi bingkai politis yang merata, pembangunan pun juga dilaksanakan secara merata.

“Makanya kita bangun pemerataan-pemerataan. Jangan sampai merasa tidak masuk NKRI. Jadi pembangunannya bukan meng-Jawa tapi meng-Indonesia. Politisnya sudah, tapi implementasinya belum mantap. Karena itu bingkai ini harus dijaga,” tegas Wapres.

Pilar selanjutnya Ma'ruf menyebut bingkai yuridis. Pada bingkai ini ia paparkan bahwa aturan-aturan di Indonesia dibuat untuk kepentingan masyarakat. "Untuk itu, dalam merawat keberagaman dan merajut kebhinekaan, aturan-aturan ini harus ditaati," katanya.

“Ketiga (bingkai) sosiologis yaitu local wisdom (kearifan lokal). Local wisdom ini banyak sekali menyelesaikan persoalan. Di daerah-daerah punya local wisdom,” ungkap Wapres. 

Ma'ruf pun mencontohkan beberapa nilai-nilai tradisional yang dapat ditemukan di berbagai daerah, di antaranya di Sumatera Utara (Sumut). Di wilayah itu kata Ma'ruf, ada kearifan local: “Dalihan Na Tolu”; di Minahasa “Torang Samoa Basodara”; dan di Dayak “Rumah Betang.” Seluruh nilai itu, menurutnya, memiliki makna membangun persaudaraan.

Melalui kearifan lokal ini, Wapres menilai banyak permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara politis maupun yuridis, justru dapat diselesaikan secara sosiologis. 

Pada kesempatan yang sama Wapres menyampaikan bahwa Indonesia diberkahi dengan keberagaman sebagai khazanah kekayaan budaya sekaligus sebagai pilar utama kekuatan bangsa.

Hal itu ditegaskannya menjadi keunggulan tersendiri bagi bangsa Indonesia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Maka, menurutnya agar terus menjadi sebuah kekuatan, keberagaman harus dijaga keberlanjutannya dengan baik. Salah satunya dengan merawat 4 pilar kerukunan.

Hadir pada perrtemuan itu Ketua Majelis Ulama Indonesia Sumut, Maratua Simanjuntak, tokoh keberagaman Syekh Ali Akbar Marbun, Sultan Deli, Mahmud Lamantjiji Perkasa, para tokoh agama dan tokoh masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia. (Rap/Tel)

Sumber : Radio Elshinta

Sentimen: positif (96.2%)