Siapa Mohammad Deif, Komandan Hamas yang Selalu Lolos dari Bom Israel?
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Israel menyebut telah menyerang dan melenyapkan komandan Brigade Khan Yunis Hamas, Rafa Salama. Ini dilakukan dalam serangan di Jalur Gaza selatan pada Sabtu lalu.
Mereka juga mengatakan serangannya tersebut juga menargetkan Mohammed Deif, panglima militer kelompok milisi Palestina tersebut. Namun Deif, menurut seorang pejabat Hamas, dilaporkan selamat dan masih hidup hingga kini sambil mengawasi operasi kelompok itu.
Hal ini kemudian membuat Deif menjadi perbincangan. Sebagai militan Palestina dan komandan militer tertinggi Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas, ia disebut selalu lolos dalam serangan.
Siapa dia?
Deif, yang lahir pada 12 Agustus 1965 silam, disebut-sebut menjadi dalang di balik penyerangan kelompok Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 lalu. Hal ini diketahui setelah munculnya rekaman video yang dirilis beberapa jam setelah serangan terjadi.
Menyebut serangan itu sebagai 'Operasi Badai Al-Aqsa', Deif juga merujuk pada blokade Gaza selama 16 tahun, pendudukan Israel dan serangkaian insiden baru-baru ini yang telah membuat ketegangan Israel-Palestina mencapai puncaknya. Pesan tersebut sangat familiar, karena suara tersebut konon milik Deif, dan dilaporkan sebagai dalang berbagai serangan terhadap Israel selama bertahun-tahun.
Sejauh ini, Deif hanya membuat tiga pernyataan dalam sembilan tahun terakhir. Dia tidak muncul di depan umum selama hampir tiga dekade.
Diketahui pula, hanya ada dua foto buram tak bertanggal yang menunjukkan Deif. Pertama dengan memperlihatkan sosoknya mengenakan keffiyeh Palestina dan kedua menampilkan siluetnya saja.
Bekerja Rahasia dan Nama SamaranSedikit yang diketahui publik tentang Deif, yang telah bekerja secara "rahasia" selama bertahun-tahun dan menggunakan nama samaran. Nama Deif berarti "tamu" dalam bahasa Arab dan mengacu pada praktik militan Palestina yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar tidak terdeteksi oleh intelijen Israel.
Namun, merujuk surat kabar berbahasa Arab Asharq Al-Awsat, ia terlahir sebagai Mohammed Diab Ibrahim al-Masri sekitar tahun 1960-an. Deif dibesarkan di kamp pengungsi Palestina di Khan Younis di Gaza dan berasal dari keluarga miskin.
Dia harus meninggalkan sekolah untuk sementara waktu untuk membantu keuangan keluarganya. Masa muda ia habiskan dengan memegang beberapa pekerjaan mulai dari mengemudi hingga bekerja di peternakan unggas hingga sebagai tukang pelapis kain pelapis.
Gaza sendiri saat itu berada di bawah kendali Mesir. Dan, seorang pejabat Israel yang mengetahui arsip Deif mengatakan kepada The Financial Times (FT) bahwa pada tahun 1950-an, baik paman maupun ayahnya sesekali ikut serta dalam penggerebekan oleh warga Palestina bersenjata ke wilayah yang sama.
Ketika Hamas dibentuk pada akhir tahun 1980an untuk memerangi pendudukan Israel di Gaza, Deif sudah berusia 20-an. Harian Asharq Al-Awsat menyebutkan Deif bergabung dengan Hamas pada akhir tahun 1987 sebelum kembali bersekolah dan mendapatkan gelarnya pada tahun 1988 setelah lulus dari Universitas Islam Gaza.
Dia kemudian berkomitmen penuh pada tujuan Hamas untuk menghancurkan Israel dengan peperangan dan mendirikan negara Palestina. Ia bahkan dengan cepat naik pangkat sebagai anak didik pemimpin pembuat bom Yehya Ayyash, yang juga dikenal sebagai The Engineer.
Ayyash adalah sosok yang disalahkan atas serangkaian pemboman bus yang mematikan di Israel pada awal tahun 1990an. Setelah pembunuhannya oleh Israel pada tahun 1996, terjadi lagi pemboman bus.
Deif kemudian dituduh mendalangi serangan. Ini menjadi balas dendamnya bersama dengan banyak orang lainnya terhadap warga Israel.
Terlibat Pembuatan RoketDeif kemudian dikatakan terlibat dalam pembuatan roket dasar pertama Hamas dan telah berjasa merancang roket Qassam, yang lebih dari 3.000 ditembakkan pada serangan Sabtu. Menurut FT, jumlah persenjataan roket Hamas kini mencapai puluhan ribu.
Pada tahun 2021, Hamas mengerahkan sejumlah roket dalam upaya untuk melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel, yang hampir kehabisan amunisi sebelum gencatan senjata ditengahi. Ini menunjukkan kemampuan Deif untuk terus berkembang seiring dengan pencapaian teknologi militer Israel.
Dia juga dikenal sebagai orang di balik terowongan di bawah Gaza, yang digunakan untuk menyelundupkan senjata, bahan bakar dan barang-barang lainnya ke seluruh Mesir. Menurut laporan BBC International, ia bahkan diperkirakan menghabiskan sebagian besar waktunya di terowongan ini, menghindari militer Israel dan mengarahkan operasi Hamas, serta tersembunyi dari pandangan.
Upaya PembunuhanMerujuk Asharq Al-Awsat lagi, hanya sedikit yang mengenal Deif sang komandan militer Hamas sejak 2002, kecuali keluarganya dan segelintir anggota kelompoknya. Keberadaan pria yang diburu Israel selama beberapa dekade dan menduduki puncak daftar orang paling dicari masih diselimuti misteri hingga kini.
Israel dilaporkan telah mencoba membunuh Deif setidaknya lima kali. Menurut tabloid Inggris The Daily Mail, rencana pembunuhan yang terbaru terjadi pada Mei 2021 silam.
Deif hampir terbunuh dalam serangan udara 20 tahun lalu, yang dikatakan menyebabkan dia kehilangan dua anggota badan dan meninggalkannya di kursi roda. Namun kemampuannya untuk tidak hanya bertahan hidup tetap selangkah lebih maju dari militer Israel telah membuatnya dihormati oleh sesama militan Palestina.
(sef/sef)
Sentimen: negatif (100%)