Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam, Hindu, Budha
Hewan: Kambing
Kab/Kota: Jati, Kudus
Tokoh Terkait
Berburu Sego Jangkrik Sarat Mitos dalam Tradisi Buka Luwur Makam Sunan Kudus
Liputan6.com Jenis Media: Regional
Liputan6.com, Kudus - Di kalangan masyarakat Pulau Jawa banyak tradisi peninggalan Hindu-Budha yang sudah disisipi ajaran Islam. Salah satunya kearifan lokal masyarakat Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yakni tradisi buka luwur makam Sunan Kudus.
Penyelenggaraan tradisi yang turun temurun sejak ratusan tahun silam ini, berupa prosesi penggantian kain kelambu/kain mori (luwur, red). Kain itu digunakan untuk membungkus nisan, cungkup, makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus.
Puncak tradisi yang dilaksanakan setiap tahun itu berupa pemasangan luwur baru pada tanggal 10 Muharram. Tak mengherankan jika acara prosesi buka luwur, biasanya menyedot ribuan masyarakat untuk menyaksikannya di kawasan Masjid dan Menara Sunan Kudus.
Pada tahun 2024 ini, pihak Yayasan Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus kembali menghelat tradisi tersebut. Rangkaian prosesi buka luwur telah dipersiapkan dengan matang oleh yayasan setempat.
Untuk puncak tradisi buka luwur makam Sunan Kudus dihelat pada Selasa (16/7/2024). Dalam kegiatan ini juga dilakukan doa bersama serta pembagian ribuan nasi jangkrik kepada masyarakat.
Humas Yayasan Menara, Masjid, dan Makam Sunan Kudus, Denny Nur Hakim mengatakan, para ulama sepuh terdahulu menggelar prosesi buka luwur makam Sunan Kudus untuk menghormati jasa salah satu Wali Song yang bernama asli Ja'far Shadiq.
“Sebutan Sunan Kudus tercipta, karena beliau memilih Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun,” ujar Denny kepada Liputan6.com, Senin (15/7/2024).
Banyak masyarakat Kabupaten Kudus yang menanti upacara tersebut untuk mendapatkan berkah dari Sunan Kudus. Konon ada kepercayaan/mitos yang terdapat pada luwur bekas makam Sunan Kudus dan sego (nasi) jangkrik.
Sajian sego jangkrik konon salah satu santapan kegemaran Sunan Kudus kala itu. Sebungkus nasi jangkrik yang dibungkus dengan daun jati ini berisi nasi dengan lauk daging kambing atau kerbau berukuran dadu, tahu, serta guyuran kuah bersantan.
Bagi masyarakat Kudus, kata Denny, buka luwur makam Sunan Kudus adalah salah satu budaya yang keberadaanya tetap dilestarikan. Selain itu, diturunkan dari generasi ke generasi untuk menghormati Sunan Kudus sebagai leluhurnya.
Peningkatan jumlah peziarah di momen buka luwur Sunan Kudus, biasanya meningkat hingga dua sampai tiga kali lipat di banding hari-hari biasanya. Pada hari biasa ada sekitar 2.000-3.000 peziarah.
“Melihat tahun-tahun sebelumnya, biasanya ada peningkatan dua sampai tiga kali lipat dibanding hari biasanya yang sekitar dua ribu sampai tiga ribu peziarah,” terang Denny.
Sentimen: positif (99.8%)