Sentimen
Positif (99%)
12 Jul 2024 : 09.00

Awas! Rasio Utang RI Naik, Stabilitas Ekonomi Jadi Taruhan

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

12 Jul 2024 : 09.00

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior Faisal Basri buka suara mengenai wacana presiden terpilih Prabowo Subianto menaikkan rasio utang menjadi 50%. Dia mengatakan rencana tersebut bisa berdampak buruk bagi stabilitas ekonomi makro Indonesia.

"Kalau dipaksakan, ya siap-siap aja makro stabilitasnya goyang," kata Faisal Basri dikutip Jumat, (12/7/2024).

Sebelumnya, rencana menaikkan rasio utang menjadi 50% diungkap oleh Hashim Djojohadikusumo. Hashim adalah adik Prabowo Subianto. Dia merupakan pengusaha dan diyakini akan berpengaruh besar dalam pemerintahan kakaknya kelak.

Hashim mengatakan kenaikan rasio utang itu dilakukan salah satunya untuk mendanai program belanja, seperti makan siang gratis. Menurut dia, kenaikan rasio utang itu akan dibarengi dengan peningkatan pendapatan. Hashim mengklaim telah berkonsultasi dengan Bank Dunia soal rencana utang ini.

Berdasarkan hukum Indonesia, rasio utang terhadap PDB Indonesia tidak boleh melebihi 60%. Defisit APBN juga tak boleh melampaui batas maksimum yang ditetapkan sebesar 3% dari GDP.

Faisal menuturkan jumlah utang negara dibatasi dengan tujuan untuk disiplin fiskal. Menurutnya, apabila pengeluaran mau dinaikan maka harus ada upaya yang sama untuk meningkatkan pendapatan.

Dia mengatakan sungguh keliru membandingkan rasio utang Indonesia, dengan utang negara lain, seperti Amerika Serikat yang di atas 100% atau Jepang yang 250% dari GDP. Sebab, negara-negara tersebut memiliki rasio perpajakan di atas 30%.

Faisal pesimistis dengan target Prabowo yang bercita-cita menaikan rasio perpajakan sampai 20% dalam waktu pendek. Dia bilang Pajak Penghasilan (PPh) untuk korporasi saja justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Apabila rencana menaikan rasio utang menjadi 50% itu benar-benar dilakukan, Faisal mengibaratkan ekonomi Indonesia akan seperti mobil tanpa rem. "Digas terus, remnya tidak ada," katanya.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan kondisi rasio utang yang saat ini berada pada level 36,6% dari PDB saja sudah menyulitkan. Dia tak bisa membayangkan keadaan sulit yang akan dihadapi apabila rasio utang digenjot hingga 50%.

"Tanpa diimbangi kenaikan penerimaan negara, saya pikir rasio utang terhadap PDB semakin sulit," katanya.

Dia juga mengatakan apabila rasio utang terus naik, maka belanja modal pemerintah akan semakin menyempit. Walhasil, kata dia, anggaran negara akan lebih banyak habis untuk membayar bunga utang ketimbang belanja produktif lainnya.

"Belanja pemerintah untuk pembangunan lebih kecil daripada belanja rutin," katanya.


(haa/haa)

Sentimen: positif (99.8%)