Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Ankara
Kebiasaan Mencakar pada Kucing Ternyata Dipicu Stres, Ini Penjelasannya
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Internasional
PIKIRAN RAKYAT - Sebuah penelitian kecil mencari tahu apa yang membuat kucing peliharaan tertentu begitu sering mencakar – dan bagaimana cara untuk menghentikannya.
Bagi para pemilik kucing, furnitur yang robek sudah terlihat seperti bagian alami dari furnitur mereka. Kucing-kucing ini memiliki insting untuk menggunakan cakar dan cakaran mereka, yang sering kali dipandang manusia sebagai masalah perilaku yang harus diperbaiki. Baru-baru ini, tim peneliti mencari faktor apa saja yang membuat kucing peliharaan tersebut terpancing untuk mencakar sesuatu. Para peneliti juga menemukan bahwa hal itu tidak selalu berkaitan dengan kucing yang buruk. Sifat dan kepribadian, kehadiran anak-anak, dan jenis permainan yang dilakukan si kucing sangatlah berpengaruh pada kebiasaan cakar-mencakar mereka. Penelitian terperinci ini dipublikasikan pada tanggal 3 Juli di jurnal Frontiers in Veterinary Science dan menunjukkan beberapa cara yang bisa dilakukan para pemilik kucing untuk mencegah cakaran berlebih.
Dikutip Popular Science, Yasemin Salgirli Demirbas, peneliti kedokteran hewan Universitas Ankara di Turki mengatakan bahwa pencarian mereka bisa menolong para pemilik kucing. Para pemilik kucing dapat mengatur dan mengarahkan cakaran ke bahan yang sesuai. Hal ini juga dapat membantu memelihara keharmonisan lingkungan bagi para kucing dan para pemiliknya.
Ilustrasi kucig bersama anak
Pada studi ini, tim peneliti melakukan survei pada 1.200 pemilik kucing di Perancis mengenai keseharian kucing mereka, karakter, dan juga kebiasaan mencakar yang tidak diinginkan. Mereka menemukan bahwa stress merupakan alasan yang membuat mereka mencakar sesuatu. Jika ada anak-anak – khususnya yang masih muda – di sekitar mereka, perasaan stres itu menguat dan menjadi motivasi bagi kucing melakukan cakaran-stress. Namun, peneliti ini juga mencatat bahwa hubungan ini masih belum sepenuhnya dipahami dan butuh diteliti lebih lanjut.Dilansir Popular Science, faktor lain yang berhubungan dengan stress ini adalah keceriaan atau kesenangan. Tingkatan stres bisa saja naik ketika kucing-kucing bermain terlalu lama karena adanya dorongan yang tidak terputus.
Sargili Demirbas mengatakan bahwa mereka melihat dengan jelas hubungan antara lingkungan tertentu, faktor kebiasaan, serta peningkatan kebiasaan mencakar pada kucing. Apalagi, kehadiran anak-anak di rumah serta tingkat permainan dan aktivitas malam hari yang tinggi sangat berkontribusi pada peningkatan kebiasaan mencakar para kucing. Kucing yang digambarkan sebagai kucing yang agresif atau mengganggu juga menunjukkan tingkat cakaran yang lebih tinggi.
Beberapa faktor seperti kepribadian kucing dan kehadiran anak kecil tidak bisa mengubah batas cakaran. Meskipun begitu, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh para pemilik kucing.
Salgirli Derimbas mengatakan bahwa menyediakan tempat persembunyian yang aman, tempat pengamatan yang tinggi, serta kesempatan bermain yang luas dapat membantu mengurangi stres. Hal ini juga dapat melibatkan kucing pada aktivitas yang lebih membangun (konstruktif).
Menyiapkan beberapa sesi permainan singkat dengan meniru skenario berburu yang sukses sangatlah penting. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menggunakan dispenser berbentuk tikus, menyiapkan tempat bertengger atau hunian yang tinggi di rumah. Para pemilik juga bisa bermain dengan lebih interaktif dan sesekali membiarkan kucing mereka menelusuri dunia luar. Sesi bermain yang memenuhi naluri memburu para kucing memungkinkan untuk mempertahankan minat kucing, sehingga menurunkan tingkat stres dan mengurangi cakaran berlebihan pada furnitur. Berdasarkan tim peneliti, sesi bermain secara singkat juga bisa menumbuhkan bonding antara kucing dan pemiliknya. Menempatkan scratch posts (tiang yang biasa digunakan kucing untuk mencakar) di area yang sering dilewati atau di dekat tempat favorit mereka untuk beristirahat dapat mengurangi goresan pada furnitur.
“Memahami motivasi emosional yang mendasari perilaku mencakar, seperti frustasi, terlihat berkaitan dengan kepribadian dan faktor lingkungan. Hal ini memungkinkan para pemilik kucing untuk mengatasi permasalahan ini secara langsung,” ujar Salgirli Demirbas.
Para peneliti berpegang dan bergantung pada data yang dilaporkan sendiri, yang mana rentan terhadap subjektivitas. Akan tetapi, mereka mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan beberapa wawasan yang unik terhadap kebiasaan mencakar para kucing. Mereka berharap, mampu dan dapat membangun strategi yang lebih efektif untuk mengatur dan mengendalikan kebiasaan mencakar pada kucing ini. (NJ)***
Sentimen: negatif (98.5%)