Sentimen
Negatif (99%)
30 Sep 2023 : 19.07
Informasi Tambahan

Institusi: UGM

Kab/Kota: bandung, Kamal

Kasus: covid-19, Kemacetan

Partai Terkait
Tokoh Terkait
joko widodo

joko widodo

Harris Turino

Harris Turino

WHOOSH, Bersusah-susah dulu Baru Jakarta-Bandung Melesat Kemudian

30 Sep 2023 : 19.07 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Jakarta, CNN Indonesia --

Setelah sempat menimbulkan polemik pada masa awal dan proses pembangunannya, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung akhirnya selesai juga.

Kereta yang kini diberi nama WHOOSH itu, pada bulan ini sudah mulai diuji coba. Uji coba melibatkan masyarakat. 

Mereka diperkenankan untuk 'melesat' dari Jakarta ke Bandung secara cuma-cuma. Presiden Jokowi mengatakan uji coba gratis dilakukan demi mengenalkan moda transportasi bernilai investasi US$7,27 miliar atau Rp110,5 triliun tersebut ke masyarakat. 

"Biar orang mencoba, masyarakat mencoba," kata Jokowi dalam jumpa pers di Stasiun KCJB Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (13/9).

Kesempatan itu pun tak disia-siakan masyarakat. Salah satunya Kemal, masyarakat Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. 

Bersama dengan rombonganya, pada Jumat (15/9) lalu ia berangkat dari Stasiun Halim Jakarta pada pukul 14.00 WIB dan tiba di Stasiun Padalarang Kabupaten Bandung Barat pukul 14.26 WIB.

Artinya, perjalanan Jakarta-Bandung ditempuh dalam waktu 46 menit. Maklum, dalam beberapa kesempatan kereta melaju dengan kecepatan 351 kilometer (km) per jam.

Uji coba kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) untuk masyarakat dimulai Jumat (15/9). (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim).

Kemal mengaku puas bisa menjajal kereta kilat itu. Menurutnya, walaupun kereta dipacu dengan kecepatan tinggi, tidak ada guncangan dalam gerbong yang ia rasakan.

"Senyap, tanpa guncangan. Fasilitasnya ini sama saja dengan pesawat, setara dengan pesawat. Mewah," kata Kamal kepada CNNIndonesia.com.

Namun tahukah Anda semua, senyap dan tanpa guncangan yang terjadi dalam uji coba WHOOSH itu tak terjadi pada pembangunannya?

Pasalnya, dari awal pembangunannya, Kereta Cepat Jakarta-Bandung memang banyak memicu kontroversi.

1. Dana pembangunan

Kontroversi muncul terkait tudingan ingkar janji Presiden Jokowi terkait penggunaan dana APBN dalam proyek ini. Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan bolak-balik menekankan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung tak sepeser pun menggunakan APBN atau uang rakyat.

Sebab, pembangunannya akan menggunakan dana konsorsium antara CDB dan BUMN.

"Kereta cepat tidak menggunakan APBN. Kita serahkan BUMN untuk business to business," kata Jokowi pada September 2015 lalu.

Tapi dalam perjalanannya, ternyata, pada 2022 pemerintah menggunakan dana APBN mengalokasikan anggaran sebesar Rp4,1 triliun melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk pembangunan KCJB. 

2. Pembangunan yang molor

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang berlangsung sejak 2016 ini, awalnya ditargetkan bisa selesai dan dioperasikan pada 2019. Namun, rencana ini mundur dan diperkirakan baru rampung pada tahun ini.

Mundurnya operasi kereta cepat ini disebabkan pemerintah pada 2020 menghentikan seluruh pembangunan proyek dan fokus pada penanganan covid-19.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung baru kembali dilaksanakan pada pertengahan 2021 setelah kasus pandemi mulai mereda di tanah air.

3. Pembengkakan biaya proyek

Kontroversi juga muncul terkait pembengkakan biaya proyek yang cukup besar. Sebelumnya, berdasarkan perhitungan dan review BPKP pada 9 Maret 2022, pembengkakan biaya pembangunan proyek hanya sebesar US$1,17 miliar atau Rp17,64 triliun.

Tapi dalam review BPKP terbaru yang dikeluarkan 15 September 2022, pembengkakan biaya itu naik US$273,03 juta menjadi US$1,449 miliar atau Rp21,74 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS).

4. Pembangunan yang serampangan

Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung berjalan serampangan. Itu salah satunya terjadi pada pembangunan pilar LRT yang dikerjakan oleh PT KCIC di KM 3 +800.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan pembangunan pilar dilakukan tanpa izin dan berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan.

Selain itu, PUPR juga menilai bahwa pengelolaan sistem drainase dari pengerjaan proyek tersebut buruk karena tidak dibangun sesuai kapasitas.

Akibat masalah itu, proyek telah menimbulkan genangan air pada Tol Jakarta-Cikampek dan kemacetan pada ruas jalan tol.

Karena itulah, Kementerian PUPR melalui Komite Keselamatan Konstruksi sempat menghentikan pelaksanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan KCIC.

Penghentian dilakukan melalui penerbitan surat bernomor BK.03.03-Komite k2/25 yang dikeluarkan pada 27 Februari 2020. Penghentian efektif pada 2 Maret 2020 dan berlaku selama dua minggu.

Kontroversi itu pun diakui Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Saat Seminar Nasional Strategi Green Financing Sektor Transportasi untuk Daya Saing Perkeretaapian Berkeadilan yang dilakukan Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM beberapa waktu lalu ia mengatakan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan sejumlah transportasi massal lainnya di era Presiden Jokowi memang membuat banyak orang ngomel.

"Kita mau bangun Kereta Cepat banyak yang ngomel, ngapain buang-buang uang," katanya.

Namun, omelan tersebut kata Budi, 180 derajat berubah. Begitu selesai dan banyak orang yang mengendarainya, semua senang. Bahkan ada yang berebut ingin mencoba.

"LRT dan MRT dulu juga begitu," katanya.

Soal coba mencoba Kereta Cepat ini, Komisi VI DPR RI memang pernah berkelakar kepada Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir soal Presiden Jokowi yang menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung bersama para artis ibu kota pada Rabu (13/9).

"Kemarin Presiden (Joko Widodo) dan para artis sudah jalan-jalan ke sana (kereta cepat). Pertanyaannya adalah kapan giliran Komisi VI?" kelakar Anggota DPR RI Komisi VI Fraksi PDIP Harris Turino dalam rapat kerja dengan Kementerian BUMN, Kamis (14/9).

"Dan yang paling penting adalah kapan giliran rakyat menikmati kereta cepat ini?" imbuhnya.

Budi menambahkan kehadiran Kereta Cepat dan juga sejumlah transportasi massal sebenarnya tak lepas dari kengototan Jokowi. Meskipun banyak mendapat kritik, Jokowi tak kendur mewujudkan keinginannya. 

"Dan saya salut sama bos saya, Presiden," katanya. 

(skt/agt)

Sentimen: negatif (99.6%)