Sentimen
Positif (66%)
3 Agu 2023 : 06.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow

Tokoh Terkait

Menakar Kekuatan Nuklir Rusia sampai Jalan Buntu Pemilihan PM Thailand

3 Agu 2023 : 13.30 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Internasional

Jakarta, CNN Indonesia --

Eks Presiden Rusia Dmitry Medvedev kembali mengeluarkan pernyataan kecaman bahwa Moskow bakal menggunakan nuklir, jika sekutu sukses melakukan serangan balasan.

Hal ini menimbulkan pernyataan tentang seberapa kuat nuklir Moskow, jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga punya persenjataan nuklir.

Isu lainnya tentang pemilihan perdana menteri Thailand yang hingga kini masih buntu. Kandidat PM dari partai pemenang pemilu yakni Pita Limjaroenrat dari Move Forward, gagal meraih suara mayoritas di parlemen sehingga tak lolos untuk membentuk pemerintahan.

Berikut ini rangkumannya dalam Kilas Internasional pagi ini, Kamis (3/8).

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan negaranya akan menggunakan nuklir, jika Ukraina dan sekutunya sukses melakukan serangan balasan.

Rusia merupakan salah satu negara berkekuatan nuklir terkuat dan mengerikan di dunia. Para ilmuwan memprediksi, Kremlin punya senjata nuklir dengan jumlah lebih banyak dari negara lain yaitu 5.997 hulu ledak nuklir.

Peluru kendali Rusia juga disebut punya kemampuan bervariasi mulai dari yang ditembakkan dari kapal selam, pesawat jet, maupun dari darat.

Ukraina ternyata sudah menyusun rencana, jika Presiden Volodymyr Zelensky dibunuh oleh Rusia. Hal ini diakui oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken.

"Ukraina punya rencana, yang tak akan saya bicarakan secara detail, untuk memastikan ada 'keberlanjutan pemerintahan' atau semacamnya," ujar Blinken kepada CBS.

Sederet pembicaraan di balik layar antara politikus dan pejabat di Ukraina juga telah membahas tentang kemungkinan ini.

Seorang anggota parlemen oposisi di Kyiv menyebut ketua parlemen Ukraina bakal ambil alih kursi presiden, jika presiden tak bisa menjalankan tugasnya.

Move Forward Party (MFP), partai pemuda yang memenangkan pemilu Thailand Mei lalu, dikeluarkan dari koalisi partai pada Rabu (2/8) dua hari jelang voting pemilihan PM ketiga kalinya di parlemen.

Salah satu dari delapan partai koalisi MFP, Pheu Thai, menegaskan partai Pita dikeluarkan dari koalisi. Pemimpin Pheu Thai Chonlanan Srikaew mengatakan keputusan ini diambil setelah negosiasi berminggu-minggu.

"Pembentukan pemerintahan baru tidak akan melibatkan MFP. Pheu Thai akan bekerja untuk mendapatkan suara yang cukup, MFP akan menjadi oposisi, dan kami akan bekerja sama dalam dimensi baru yang lebih bermanfaat bagi rakyat," ucap Chonlanan kepada wartawan di Bangkok.

Dengan kondisi ini, Pheu Thai pun akan mencalonkan konglomerat properti Srettha Thavisin sebagai PM dalam pemungutan ketiga pada Jumat (4/8) nanti.

(dna/dan)

Sentimen: positif (66.6%)