Sentimen
Positif (92%)
8 Jul 2024 : 17.01
Informasi Tambahan

Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga

Kab/Kota: Yogyakarta

Tokoh Terkait

Di Balik Anjloknya Populasi Indonesia

8 Jul 2024 : 17.01 Views 2

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

Muhammad Iqbal Nur dan istrinya Adel—pasangan yang sama-sama berprofesi sebagai dokter—salah satu yang punya kekhawatiran untuk menambah anak lagi lantaran waktu mereka bersama anak amat sedikit. Keduanya khawatir, kalau menambah anak lagi, malah waktu untuk anaknya yang sekarang semakin sedikit.

“Bukan mau nggak mau punya anak lagi sebenarnya. Cuma, kalau sekarang, waktunya nggak ada buat membagi waktu untuk anak kedua,” terang Iqbal.

Keengganan orang tua memiliki anak banyak atau kecenderungan menunda punya buah hati sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Ini sudah menjadi fenomena dunia dalam seabad terakhir.

Di negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat, keengganan memiliki anak ini bahkan sudah masuk tahap ekstrem. Itu terbukti dari total fertility rates (TFR) alias angka kesuburan negara-negara ini, yang kini berada di bawah angka 2,1. Angka sakral supaya dapat menggantikan orang tuanya pada masa depan. Kalau TFR di bawah itu, populasi sebuah negara akan menyusut.

Di Indonesia, kondisinya belum seekstrem itu. TFR Indonesia masih berada di angka ideal, yakni 2,14. Namun angkanya diprediksi akan terus turun menjadi 1,9 pada 2035.

Saat ini, sudah ada beberapa daerah dengan TFR di bawah yang mencapai angka ekstrem tersebut. Di antaranya, Jakarta dengan 1,75, Daerah Istimewa Yogyakarta (1,89), dan Jawa Timur (1,98).

Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Bagong Suyanto mengatakan turunnya TFR di Indonesia disebabkan berkurangnya angka pernikahan dalam beberapa tahun terakhir. Selama 2018-2023, angka pernikahan Indonesia telah turun 21,77 persen dari 2,02 juta menjadi hanya 1,58 juta.

Penurunan angka pernikahan ini diikuti dengan meningkatnya median usia menikah perempuan. Saat ini, rata-rata perempuan baru menikah pada usia 22 tahun. Dulu median usia perempuan menikah masih di bawah 18 tahun.

Sentimen: positif (92.8%)