Sentimen
Netral (87%)
5 Jul 2024 : 16.15
Tokoh Terkait

Sumber Air Terbesar di Luar Angkasa Ditemukan Dekat Lubang Hitam

5 Jul 2024 : 23.15 Views 3

Detik.com Detik.com Jenis Media: Tekno

Jakarta -

Ilmuwan mengidentifikasi reservoir air terbesar dan terjauh yang pernah terdeteksi di alam semesta. Dua tim astronom yang membuat temuan luar biasa ini, mengungkap sumber air kolosal tersebut 140 triliun kali melampaui volume gabungan semua air di Bumi.

Terletak di sekitar lubang hitam kolosal yang dikenal sebagai quasar, sumber air kosmik yang luas ini terletak lebih dari 12 miliar tahun cahaya jauhnya, sehingga memberikan wawasan unik tentang tahap awal alam semesta ketika baru berusia 1,6 miliar tahun.

Matt Bradford, ilmuwan di Jet Propulsion Laboratory NASA, menekankan pentingnya pengungkapan ini, menyoroti implikasinya untuk memahami prevalensi air di kosmos.

"Ini adalah demonstrasi lain bahwa air tersebar luas di seluruh alam semesta, bahkan pada saat-saat paling awal," kata Bradford seperti dikutip dari Unilad.

Kuasar di pusat penemuan ini, yang diberi nama APM 08279+5255, menyimpan lubang hitam supermasif yang massanya 20 miliar kali lebih besar dari Matahari, dan memancarkan energi yang setara dengan seribu triliun Matahari. Tim astronom, termasuk tim Bradford, mempelajari objek langit ini dan mendeteksi beberapa tanda spektral dari massa air yang sangat besar.

Sebelumnya, belum pernah ada temuan uap air yang diamati di alam semesta awal. Karenanya, temuan tersebut menjadi tonggak penting dalam pemahaman astronomi. Untuk diketahui, sumber air yang ditemukan di tempat lain di galaksi Bima Sakti, sebagian besar membeku dalam wujud es.

Dalam upaya mereka untuk mengungkap misteri alam semesta yang jauh, para astronom mengusulkan pembangunan teleskop 25 meter di Gurun Atacama di Chili , yang awalnya bernama Teleskop Cerro Chajnantor Atacama (CCAT) tetapi kemudian berganti nama menjadi Teleskop Submilimeter Fred Young (FYST) pada tahun 2020.

Pembangunan Teleskop Submilimeter Fred Young (FYST) hampir selesai, dan 'cahaya pertama' diharapkan bisa dideteksi pada tahun 2025.

Para astronom bertujuan untuk menggunakan teknologi teleskopik canggih untuk menyelidiki lebih dalam masa lalu alam semesta dan membuka lebih banyak rahasia tentang pembentukan dan komposisinya. Penundaan teleskop FYST menggarisbawahi tantangan yang dihadapi dalam memajukan penelitian astronomi di tengah kendala finansial.


(rns/rns)

Sentimen: netral (87.7%)