Soliditas KIM Saat Pilkada Dinilai Tergantung Kepentingan Lokal dan Ego Nasional Nasional 8 Juli 2024

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

8 Jul 2024 : 05.58
Soliditas KIM Saat Pilkada Dinilai Tergantung Kepentingan Lokal dan Ego Nasional Tim Redaksi JAKARTA, KOMPAS.com - Soliditas partai politik (parpol) anggota Koalisi Indonesia Maju ( KIM ) tengah diuji pada Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada ) Serentak 2024. Pasalnya, KIM tampak berbeda pendapat setidaknya dalam persiapan menuju Pilkada Banten 2024. Partai Golkar kekeuh mencalonkan mantan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany, sedangkan Partai Gerindra akhirnya mendorong Andra Soni dan Achmad Dimyati Natakusumah. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman pun mengakui ada perbedaan pendapat di mana Golkar tak mau Airin berpasangan dengan Andra Soni. Situasi itu membuat Gerindra akhirnya mengambil jalan politik yang berbeda dengan kolega besarnya itu di KIM. “Jadi enggak ada masalah, kita juga enggak ini, enggak bisa kita paksakan, kita hormati teman-teman Partai Golkar,” sebut Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/7/2024). “Tapi, kita juga punya aspirasi lain soal aspirasi kader di bawah,” sambung dia. Ditemui terpisah, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan memang tak mudah menyatukan KIM dalam satu barisan pada Pilkada Serentak 2024. Meskipun demikian, ada keinginan dari para pimpinan parpol di KIM agar kerja sama pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dilanjutkan di tingkat daerah. Pasalnya, konstelasi politik di daerah berbeda dengan tingkat pusat. Bahkan, peta itu sudah terbentuk sebelum Pilpres 2024 berlangsung. “Jadi, tidak sesederhana itu mentranslasikan hasil atau komposisi pilpres dengan pilkada . ini terbukti, bukan hanya Demokrat, semua partai juga mengalami tantangan yang sama,” papar AHY di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Kamis malam.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menganggap ada dua tantangan bagi KIM untuk menjaga soliditas menghadapi Pilkada Serentak 2024. “Dinamika kepentingan di tingkat lokal dan interaksi ego elit di tingkat nasional inilah yang menjadi ujian bagi soliditas KIM,” ujar Umam kepada Kompas.com , Senin (8/7/2024). Ia mencontohkan persoalan politik yang terjadi di Banten yang membuat Golkar dan Gerindra berpisah jalan. Baginya, hal itu juga dipengaruhi oleh ego Gerindra yang cukup besar. Pasalnya, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad punya kekuatan elektoral mumpuni di Banten. “Penolakan Airin dan Golkar terhadap Andra Soni tentu memicu ego politik, yang akhirnya menciptakan faksionalisme di lingkaran KIM,” ungkapnya. Sementara, lanjut dia, Golkar pun masih enggan melepaskan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk berkontestasi pada Pilkada DKI Jakarta. Padahal, Gerindra telah menyatakan untuk mengusung Emil untuk menjadi petarung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Situasi itu tengah diperhitungkan oleh Golkar agar tak kehilangan kekuasaan di Jabar dan digantikan oleh Gerindra. Sebab, Gerindra sendiri ingin mengusung kadernya Dedi Mulyadi sebagai bakal calon gubernur (bacagub). “Jika RK dilepas di Jabar, maka Jabar akan menjadi medan pertarungan terbuka yang siap dikapling-kapling oleh kekuatan-kekuatan politik non-Golkar,” tuturnya. “Utamanya Gerindra yang menguasai Jabar 2019 lalu,” kata dia lagi. Terakhir, Umam melihat bahwa KIM harusnya mengupayakan soliditas pada Pilkada Serentak 2024 untuk membantu kepentingan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya, pemerintahan baru tentu memerlukan juga kepanjangan tangan di daerah untuk mengoptimalkan kinerja. “Sebab, semakin banyak jaring kepala daerah dimenangkan oleh KIM, maka kontrol kekuasaan dari pusat ke daerah akan jauh lebih efektif,” imbuh dia. Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: negatif (57.1%)