Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Gunung, Yogyakarta, Paris
Tokoh Terkait
BMKG Ajak Swasta dalam Penguatan Sistem Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Beritasatu.com Jenis Media: Nasional
Jakarta, Beritasatu.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak pihak swasta untuk turut berkolaborasi dalam penguatan sistem mitigasi dan pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami.
Menurutnya, upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang yang juga harus dipersiapkan dunia usaha demi menjaga keberlanjutan usaha mereka. Untuk itu dunia usaha dapat menjadi aktor utama penggerak upaya pengurangan risiko bencana.
"Bencana alam otomatis juga akan berdampak pada sektor swasta. Maka dari itu kami mendorong keterlibatan aktif swasta dalam manajemen risiko bencana lewat penguatan aksi mitigasi untuk membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi," ungkap Dwikorita dalam keterangannya pada Minggu (7/7/2024).
Dwikorita menyebut sebagai negara dengan kerentanan bencana alam, kolaborasi aksi mitigasi dan pengurangan risiko bencana mutlak dilakukan. Dia menilai pemerintah dan masyarakat akan kesulitan jika harus bekerja sendiri, mengingat dibutuhkan sumber daya yang besar untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kompleks.
Dia mencontohkan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia (AM IMF-WBG) di Bali pada 2018 lalu yang nyaris batal karena adanya erupsi Gunung Agung. Namun, akhirnya tetap terlaksana dan berhasil terselenggara dengan baik setelah Pemerintah Indonesia mampu meyakinkan negara peserta bahwa Indonesia memiliki kesiapan sistem peringatan dini bencana dan aksi mitigasi bencana yang baik dan andal.
Dalam situasi ini peran swasta menurutnya terlihat pada kesiapan hotel-hotel tempat menginap kepala negara, delegasi, dan tamu yang telah tersertifikasi dalam kesiapsiagaan bencana oleh BPBD dan BMKG. Indikatornya, kelengkapan infrastruktur, pemahaman bencana, sistem peringatan dini, kemampuan merespons bencana, mitigasi bencana, dan keamanan.
"Singkatnya, mereka sudah sangat siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Hal ini perlu juga dicontoh oleh penyelenggara dan pelaku wisata, khususnya di daerah rawan bencana alam," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dwikorita menyampaikan bahwa Yogyakarta International Airport adalah satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan dan didesain untuk mampu bertahan terhadap guncangan gempa megathrust dengan magnitudo 8,7.
Menurutnya YIA juga dilengkapi dengan crisis center yang dapat menjadi tempat evakuasi sementara apabila tsunami terjadi, dengan kapasitas untuk menampung 2.000 orang. Terminal bandara, mulai dari level mezanine hingga lantai 2 telah disiapkan untuk tempat evakuasi dengan kapasitas 10.000 orang.
Sistem peringatan dini tsunami juga telah terpasang dan terhubung langsung dari BMKG Pusat. Keandalan Bandara YIA ini, juga mendapat apresiasi dalam pertemuan the 57th session of the Executive Council di UNESCO Paris, sebagai satu-satunya contoh dunia untuk infrastruktur critical yang siap untuk menghadapi tsunami. Selain Bandara YIA, Bandara Ngurah Rai juga telah disiapkan untuk tsunami ready.
"Kami berharap, hal ini dijadikan contoh bagi hotel-hotel di sekitar bandara untuk segera menyiapkan sistem mitigasi dan peringatan dini tsunami dengan didukung oleh BMKG dan BPBD. Karena seluruh kesiapan dalam sistem mitigasi dan peringatan dini bencana di kawasan pantai selatan Kulonprogo sangat penting untuk mendukung kesiapsiagaan dan keselamatan masyarakat dan wisatawan, yang sekaligus juga menguatkan ketahanan sosial ekonomi terhadap ancaman gempa dan tsunami di kawasan tersebut," ujarnya.
Sentimen: negatif (99.9%)