Sentimen
Positif (64%)
6 Jul 2024 : 15.40
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Semarang

Tokoh Terkait

Kisah Tugu Soeharto di Semarang, Tempat "Kungkum" di Malam 1 Suro Regional 6 Juli 2024

6 Jul 2024 : 22.40 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Regional

Kisah Tugu Soeharto di Semarang, Tempat "Kungkum" di Malam 1 Suro Tim Redaksi SEMARANG, KOMPAS.com - Warga Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah pernah mempunyai tradisi unik pada setiap malam 1 Suro . Ada masanya, ketika tengah malam, banyak warga yang berendam atau "kungkum" di Sungai Kaligarang. Tradisi tersebut sudah menjadi kebiasaan yang ada setiap tahun. Di Sungai Kaligarang juga terdapat sebuah bangunan yang dinamakan Tugu Soeharto . Sampai saat ini, bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan menjadi ciri khas Sungai Kaligarang. Pasalnya, Presiden II RI, Soeharto juga pernah bersembunyi di sungai tersebut saat perang melawan penjajah. Hal itulah yang membuat tugu tersebut dinamakan Tugu Soeharto. Pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, Tugu Soeharto dibangun tahun 1965 oleh Romo Diyat yang adalah guru spiritual Soeharto. Namun, tak ada yang mengetahui secara pasti alasan Tugu Soeharto dijadikan tempat untuk "kungkum" di setiap malam 1 Suro. Pada tahun 2024 ini, tanggal 1 Suro jatuh pada 7 Juli. Artinya, malam 1 Suro 2024 akan terjadi pada malam 6 Juli ini. Biasanya yang datang tidak hanya warga Semarang, melainkan warga dari luar Semarang juga ikut berendam di sungai ini. "Dulunya Tugu Soeharto ini berada di tengah-tengah sungai," kata Johanes kepada Kompas.com , Sabtu (6/7/2024). Dia mengatakan, tugu tersebut dibangun setelah peristiwa Soeharto selamat dari perang gerilya dengan cara bersembunyi atau "kungkum" di aliran muara Sungai Kaligarang tersebut. "Itu saat agresi militer Belanda Soeharto bersembunyi di sini," papar Johanes. Setelah Tugu Soeharto dibangun, mulai ada tradisi "kungkum" setiap malam 1 Suro di Sungai Kaligarang. Masyarakat meyakini, aliran sungai tersebut bisa digunakan untuk membersihkan diri. Bahkan, ada juga yang meyakininya sebagai jalan untuk mencari jodoh. "Ada juga yang digunakan untuk mencari nomor, cari jodoh, dan lain-lain. Tapi, tidak tahu sekarang ya," kata Johanes lagi. Namun, menurut Johanes, saat ini animo masyarakat yang mengikuti tradisi "kungkum" di Tugu Soeharto semakin berkurang. Jika dia lihat, saat ini banyak anak muda yang tidak melakukan tradisi itu. "Di era 70-an sampai 2000-an malam 1 Suro ramai," ujar Johanes.    Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Sentimen: positif (64%)