BMKG Ajak Anak Muda Ikut Atasi Panasnya Bumi yang Makin Menjadi
Detik.com Jenis Media: Tekno
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak generasi muda berperan aktif dalam upaya melestarikan lingkungan dan menyelamatkan Bumi dari perubahan iklim.
"Indonesia butuh ide, pemikiran sekaligus tindakan nyata yang inovatif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk menciptakan linkungan yang berkelanjutan," katanya seperti dikutip dari situs resmi BMKG.
Hal tersebut disampaikan Dwikorita dalam program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI) dengan tema 'Pemahaman tentang Isu Perubahan Iklim Bagi Green Leaders' yang diselenggarakan Institut Hijau Indonesia, Minggu (15/10) lalu.
Dwikorita mengungkapkan kondisi Bumi saat ini akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan. Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan.
Krisis Pangan
Salah satu yang terdampak perubahan iklim dan pemanasan global adalah sektor pertanian. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050.
"Belum lama ini, India menolak rencana impor beras dari Indonesia karena tengah mengetatkan kebijakan ekspor guna memenuhi kebutuhan domestiknya. Situasi ini menggambarkan bahwa negara lain juga berupaya mengamankan stok pangan mereka. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu membuat banyak negara yang juga mengalami situasi sulit," ujarnya.
Tahun Terpanas
Dwikorita menerangkan, BMKG mencatat secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0,8 °C relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.
Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,7 °C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0,6 °C.
Sementara itu, lanjut Dwikorita, World Meteorolgical Organization (WMO) mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun dengan pernuh rekor temperatur, di antaranya adalah sepanjang Juni-Agustus menjadi 3 bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan.
"Perubahan iklim memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air yang sudah semakin langka dan menghasilkan apa yang dikenal sebagai water hotspot," imbuhnya.
Dampak Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim, tambah Dwikorita sudah sangat terasa di Indonesia. Namun, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak memahami dan mengerti bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi, kejadian iklim maupun kenaikan suhu udara merupakan dampak perubahan iklim. Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Guna memitigasi ancaman krisis pangan BMKG terus melakukan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim. Sasarannya adalah petani Indonesia, mereka diajarkan dan dilatih keterampilannya untuk terampil dalam memahami bagaimana strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia," ujarnya.
Ia menambahkan, generasi muda harus terlibat dalam berbagai aksi mitigasi dan perubahan iklim termasuk mencegah laju perubahan iklim itu sendiri untuk menjaga keberlanjutan alam dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
(rns/afr)
Sentimen: negatif (99.2%)