Sentimen
Positif (72%)
2 Jul 2024 : 12.35
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Tiongkok

Tokoh Terkait

PMI Manufaktur RI Melemah di Mei 2024, BKF Buka Suara

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

2 Jul 2024 : 12.35

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia juga melanjutkan tren ekspansif selama 34 bulan berturut-turut per Juni 2024. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 50,7 pada Juni 2024, turun dari Mei 2024, yakni 52,1. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan beberapa negara mitra dagang Indonesia yang juga mencatatkan aktivitas manufaktur ekspansif, antara lain Tiongkok dan Amerika Serikat, masing-masing di level 51,8 dan 51,7. PMI manufaktur negara kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Thailand juga ekspansif, masing-masing di level 54,7 dan 51,7.

Di sisi lain, aktivitas manufaktur kawasan Eropa masih berada pada zona kontraksi di level 45,6. Negara-negara di kawasan Eropa seperti Jerman dan Perancis mengalami kontraksi masing-masing ke level 43,4 dan 45,3.

"Di tengah stagnasi ekonomi global dan gejolak pasar keuangan, PMI Indonesia masih dalam tren ekspansif dan kita berharap tren ini berlanjut ke bulan-bulan berikutnya dengan kualitas yang semakin baik. Pemerintah mengupayakan berbagai dukungan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas perekonomian nasional ke depan," kata Febrio Kacaribu.

Kendati ekspansif, PMI manufaktur Indonesia berdasarkan S&P Global tercatat mengalami pelandaian dalam tiga bulan beruntun atau sejak April 2024 menjadi 50,7 pada Juni 2024. Posisi ini merupakan yang terendah dalam 13 bulan terakhir.

Namun, seperti disinggung di atas, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansif selama 34 bulan terakhir. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Di antara negara ASEAN, penurunan paling dalam terjadi di Indonesia didorong oleh penjualan ekspor yang mengurangi pesanan.

Trevor Balchin, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan PMI jeblok ini adalah hal yang tak biasa.

"Terjadi penurunan momentum yang signifikan di sektor manufaktur Indonesia pada Juni, di mana pertumbuhan pesanan baru hampir berhenti karena ekspor turun untuk keempat kalinya berturut-turut," tutur Balchin, dalam website resmi S&P Global.

Dia menambahkan indeks PMI tetap sedikit di atas level tren jangka panjangnya. Namun, outlook-nya mengkhawatirkan dengan Indeks Future Output tidak berubah dari level Mei dan merupakan salah satu yang terendah dalam sejarah.


(haa/haa)

Sentimen: positif (72.7%)