Pelemahan Rupiah Bisa Kurangi Penerimaan Negara, Analis: Diversifikasi Ekspor Krusial
Fajar.co.id Jenis Media: Ekonomi
Ia juga menyebut bahwa ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi kebijakan ekonomi yang kuat dan responsif dari pemerintah Indonesia.
"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kehati-hatian dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter sangatlah penting. Indonesia perlu terus memantau dinamika pasar global dan melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi ekonomi domestik," tuturnya.
Di tengah situasi ini, langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam menanggapi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan menentukan arah pembangunan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
"Keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional akan menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat total ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai 22,33 miliar dolar AS, dengan penguatan di seluruh sektor.
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menyebut nilai ekspor ini naik 13,82 persen dibanding April 2024 (MoM) dan naik 2,86 persen dibanding Mei tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor Mei 2024 disumbang oleh naiknya ekspor nonmigas sebesar 14,46 persen dan sektor migas sebesar 5,12 persen dibandingkan April 2024 (MoM).
"Capaian ekspor Mei 2024 mendukung surplus perdagangan sebesar 2,93 miliar. Nilai surplus ini lebih baik dibanding surplus April 2024 sebesar 2,72 miliar dolar AS dan Mei 2023 sebesar 0,43 miliar dolar AS," ujar Zulkifli melalui keterangan di Jakarta, Jumat (21/6). (*)
Sentimen: positif (95.5%)