Sentimen
Negatif (99%)
30 Jun 2024 : 12.21
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Siti Nadia Tarmizi

Siti Nadia Tarmizi

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging yang Menghebohkan Jepang?

30 Jun 2024 : 19.21 Views 2

Beritasatu.com Beritasatu.com Jenis Media: Hiburan

Jakarta, Beritasatu.com - Belakangan ini, Jepang dihebohkan dengan penyebaran streptococcal toxic shock syndrome (STSS), sebuah wabah yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes, juga dikenal sebagai bakteri pemakan daging.

Bakteri ini telah menyebar luas di Jepang dan telah mencapai 1.000 kasus, sehingga menarik perhatian seluruh dunia. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementrian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi belum ada laporan kasus terkait wabah ini di Indonesia.

“Kalau sampai saat ini di Indonesia belum ada laporan untuk kasus bakteri pemakan daging,” ungkap perempuan yang akrab disapa Nadia, dikutip dari laman resmi Kemenkes.

Lantas apa itu bakteri pemakan daging dan bagaimana gejala serta penularannya? Berikut ini penjelasannya.

Apa Itu Bakteri Pemakan Daging?
Bakteri pemakan daging adalah infeksi bakteri langka dan serius yang dapat berkembang pesat ketika menyebar ke jaringan dalam dan aliran darah. Disebut "pemakan daging" karena bakteri ini mampu menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitarnya dalam waktu singkat.

Penularan dan Gejala
Penularan streptococcal toxic shock syndrome (STSS) dapat terjadi melalui pernapasan, percikan ludah, atau lendir dari penderita. Gejala awal meliputi faringitis dan peradangan pada tenggorokan atau faring. Infeksi ini berisiko fatal karena dapat menyebabkan sepsis dan kegagalan multiorgan, meskipun gejala ringan biasanya dapat sembuh dengan cepat.

Kasus STSS di Jepang
Jepang telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus infeksi STSS, dengan peningkatan dari 941 kasus pada 2023 menjadi 977 kasus pada Juni 2024. Meskipun tingkat penyebarannya lebih rendah dibandingkan dengan Covid-19, STSS tetap menjadi perhatian serius.

Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan STSS melibatkan penerapan perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan secara rutin dan menggunakan masker saat sakit. Hingga kini, belum ada vaksin khusus untuk STSS, sehingga pengobatan terutama dilakukan dengan pemberian antibiotik.

Sentimen: negatif (99.2%)