Sentimen
Negatif (97%)
26 Jun 2024 : 19.01
Informasi Tambahan

BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Kab/Kota: Surabaya

Kasus: serangan siber

Tokoh Terkait

Pusat Data Nasional Diserang Ransomware, Telkom Belum Bisa Pastikan karena Human Error

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Ekonomi

26 Jun 2024 : 19.01

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 mengalami eror setelah adanya serangan ransomware.

Diketahui, ransomware merupakan malware yang melakukan aksinya dengan masuk ke dalam sistem lalu mengenkripsi data maupun sistem.

Telkomsigma yang merupakan anak usaha Telkom Indonesia sebagai pengelola, belum bisa memastikan apakah ada indikasi human error atau kelalaian manusia, sehingga bisa masuk ransomware ke PDNS 2.

Direktur Network & IT Solution Telkom Indonesia Herlan Wijanarko mengatakan, saat ini masih dilakukan audit forensik oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"Nanti pada saatnya pasti bisa kita temukan, tapi yang jelas sudah pasti ini ransomware ya. Ransomware memang dari tahun ke tahun attack-nya semakin meningkat," katanya dalam konferensi pers di kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2024).

Terkini, Kominfo bersama Telkom Indonesia dan BSSN masih menangani pemulihan dari PDNS 2 yang terletak di Surabaya, Jawa Timur itu.

Herlan mengatakan, akibat dari serangan ransomware ini, data yang ada sudah kena serangan tersebut tidak bisa di-recovery atau diselamatkan lagi.

"Kami berupaya keras untuk melakukan recovery dengan resources yang kita miliki. Yang jelas data yang sudah kena ransomware ini sudah enggak bisa kita recovery," ujarnya.

Herlan mengatakan, dalam upaya pemulihan ini, masih ada yang bisa diselamatkan yakni para tenant yang masih memiliki backup data.

Kemudian, sekitar 44 tenant tersebut yang masih memiliki backup data telah dikontak dan diupayakan pengaktifan kembali layanan mereka.

"Kira-kira jumlah 44 tenant, ini kami masukkan sebagai recovery stage 1. Kami kontak, kemudian kami klarifikasi dengan para tenant, dan mulai kami upayakan untuk bisa kami aktifkan layanannya. Tentu melalui medium temporer ya. Jadi kami punya dua medium temporer di PDNS 1 dan 1 di pihak lain yang kita siapkan untuk mengaktifkan temporary," jelas Herlan.

Tak hanya tenant yang disebut sudah memiliki backup data, Herlan mengatakan semua tenant yang ada di PDNS 2 dihubungi untuk diverifikasi apakah mereka memiliki backup data atau tidak.

Kalau ternyata ada tenant yang tidak memiliki backup data, mereka akan disediakan wadah baru sebagai pengganti PDNS 2.

"Jadi, kami kontak satu per satu dengan Kominfo untuk memastikan apakah tenant ini memiliki backup di lokal atau tidak, termasuk situasi layanannya. Hasilnya ada beberapa tenant memiliki backup, ada beberapa tidak," tutur Herlan.

"Nah, nanti stage kedua, kalau memang ini enggak ada backup, kami akan set ulang, kami siapkan environment yang baru sebagai pengganti PDNS 2 yang sudah kami kunci [dengan] asistensi BSSN. Kami implementasikan semua aspek security yang membuat ini lebih aman," pungkasnya.

Jadikan Pelajaran

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus berupaya melakukan pemulihan layanan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang mengalami serangan Ransomware Brain Cipher.

Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria menyatakan bahwa insiden ini merupakan pelajaran sangat penting untuk makin memperkuat transformasi digital yang lebih aman ke depan.

"Kita jangan kalah atau pun kita jangan mundur hanya gara-gara insiden ini. Tentu saja kita harus belajar banyak, kita harus membuat satu sistem yang menutup semua kemungkinan kejadian-kejadian yang sama terulang lagi," ucap Wamen Nezar dalam keterangannya, Rabu (26/6/2024).

Ia menekankan Kominfo akan mengambil langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi di dunia siber di masa yang akan datang.

“Tentu saja kita tidak demikian gampang bisa ditakut-takuti gitu. Kita coba melakukan mitigasi dan kita juga coba melakukan penyelidikan dan tentu saja tindakan-tindakan akan diambil," tegasnya.

Menurut Wamenkominfo, berkaitan dengan keamanan siber, Indonesia telah memiliki beberapa pedoman yang telah dibuat. Namun demikian, upaya peretasan pasti akan terus terjadi.

"Sebetulnya pedoman-pedoman ini sudah dibuat ya. Tetapi tentu saja yang namanya upaya untuk meretas, menciptakan virus, mengganggu, dan segala macam itu kan terus terjadi. Di Indonesia juga sejumlah peraturan kan sudah dibuat. BSSN juga sudah mengeluarkan semacam standar-standar untuk security ini,” tuturnya.

Wamen Nezar Patria menilai serangan siber merupakan salah satu kategori global risk.

Bahkan, menurutnya, World Economic Forum juga menyebutkan bahwa cyber security merupakan salah satu dari 5 Top Global Risk. Oleh karena itu, setiap negara akan memperhatikan aspek keamanan di dunia siber.

"Jadi saya kira dengan kemajuan teknologi dan internet yang makin terkoneksi ke seluruh dunia, mau tidak mau, isu tentang cyber security ini menjadi sangat penting. Dan semua negara di dunia mengadopsi protokol-protokol yang penting untuk menjaga keamanan data mereka masing-masing," pungkasnya.

Sentimen: negatif (97%)