Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant di Pentagon pada hari Selasa (25/6) waktu setempat. Dia mengingatkan bahwa konflik antara Israel dan Hizbullah dapat memicu perang regional.

Perang di Gaza telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut, dengan pasukan Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran, saling serang hampir setiap hari.

"Perang lain antara Israel dan Hizbullah bisa dengan mudah menjadi perang regional, dengan konsekuensi buruk bagi Timur Tengah," kata Austin, dilansir kantor berita AFP, Rabu (26/6/2024).

"Diplomasi sejauh ini merupakan cara terbaik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut," imbuhnya.

Gallant, berbicara pada pembukaan pertemuan dengan Austin, mengatakan bahwa "kita bekerja sama secara erat untuk mencapai kesepakatan, tetapi kita juga harus mendiskusikan kesiapan pada setiap skenario yang mungkin terjadi.

Pekan lalu, militer Israel mengatakan bahwa rencana serangan di Lebanon telah "disetujui dan divalidasi" di tengah meningkatnya bentrokan lintas perbatasan. Namun, Washington berusaha untuk menurunkan suhu dan mencegah konflik besar lainnya di Timur Tengah.

Gallant sedang melakukan kunjungan ke Washington untuk menegaskan kembali pentingnya hubungan dengan sekutu utama Israel tersebut. Kunjungan ini dilakukan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka mengecam Amerika Serikat atas apa yang disebutnya sebagai penundaan pengiriman senjata.

Pemerintah AS menegaskan bahwa hanya satu pengiriman bom yang ditunda karena kekhawatiran akan penggunaannya di daerah berpenduduk padat. Sementara pengiriman senjata lainnya berjalan seperti biasa.

Amerika Serikat adalah pemasok utama senjata Israel. Namun, meningkatnya jumlah korban tewas akibat konflik Gaza telah menambah tekanan pada Presiden Joe Biden untuk mengambil tindakan, dan memicu ketegangan antara pemerintahannya dan Netanyahu.

Israel dan Hizbullah terakhir kali terlibat perang skala penuh pada tahun 2006. Ketika itu, serangan-serangan lintas perbatasan yang dilakukan Hizbullah memicu perang dengan Israel selama 34 hari yang memakan banyak korban di Lebanon, terutama di bagian selatan negara itu.