Sentimen
Negatif (100%)
21 Okt 2024 : 04.25
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Himalaya, Kashmir, New Delhi, Serang

Kasus: teror

Tokoh Terkait

Kelompok Bersenjata Serang Pekerja di Kashmir India, 2 Orang Tewas

21 Okt 2024 : 11.25 Views 2

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

Kelompok Bersenjata Serang Pekerja di Kashmir India, 2 Orang Tewas
New Delhi -

Kepala menteri wilayah Kashmir, India, mengatakan orang-orang bersenjata membunuh dua pekerja dan melukai dua orang lainnya. Dia mengutuk aksi itu dan mengatakan serangan yang pengecut dan kejam.

Dilansir AFP, Senin (21/10/2024), Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim telah terbagi antara India dan Pakistan yang bermusuhan sejak kemerdekaan mereka dari kekuasaan Inggris pada tahun 1947. Wilayah ini merupakan rumah bagi pemberontakan yang telah berlangsung lama.

Penyerang menargetkan pekerja India dari luar wilayah Himalaya.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Omar Abdullah, yang dilantik sebagai kepala menteri wilayah itu pada hari Rabu setelah pemilihan lokal pertamanya selama satu dekade, mengutuk serangan itu.

"Berita yang sangat menyedihkan tentang serangan pengecut dan kejam terhadap buruh nonlokal di Gagangir di wilayah Sonamarg," kata Abdullah dalam sebuah pernyataan.

"Saya mengutuk keras serangan terhadap orang-orang tak berdosa yang tidak bersenjata ini. Dua orang tewas, dan dua hingga tiga orang lainnya terluka," katanya.

Menteri Jalan Raya India, Nitin Gadkari, mengutuk serangan itu. Dia menyebut itu adalah aksi teror.

"Serangan teror yang mengerikan terhadap buruh tak berdosa yang bekerja pada proyek infrastruktur vital," katanya.

Setidaknya 500.000 tentara India dikerahkan di Kashmir, memerangi pemberontakan yang menewaskan puluhan ribu warga sipil, tentara, dan pemberontak sejak 1989.

India secara teratur menuduh Pakistan mendukung dan mempersenjatai pemberontak, tuduhan yang dibantah Islamabad.

Pemerintah Perdana Menteri India Narendra Modi membatalkan otonomi terbatas Kashmir pada tahun 2019, disertai dengan penangkapan massal dan pemadaman komunikasi selama berbulan-bulan.

Pemerintahannya mengatakan keputusan itu memungkinkannya membendung pemberontakan, tetapi para kritikus menuduhnya menekan kebebasan politik.

(lir/lir)

Sentimen: negatif (100%)