Sentimen
Positif (84%)
16 Okt 2024 : 22.31

NasDem dan PKS Tak Dapat Jatah Menteri, Ferdinand Hutahean: Ini Karma Tidak Konsisten Usung Perubahan

17 Okt 2024 : 05.31 Views 2

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

NasDem dan PKS Tak Dapat Jatah Menteri, Ferdinand Hutahean: Ini Karma Tidak Konsisten Usung Perubahan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Politkus PDIP Ferdinand Hutahean blak-blakan terkait tidak adanya perwakilan NasDem dan PKS di dalam susunan kabinet Prabowo.

Menurut Ferdinand, hal ini merupakan karma politik bagi kedua partai yang dinilai tidak konsisten dengan ideologi perubahan yang mereka usung bersama Anies Baswedan dalam Pilpres.

"Menurut saya ini adalah karma politik terhadap PKS dan NasDem, mereka tidak konsisten dengan ideologi yang mereka usung tentang perubahan," ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Selasa (15/10/2024).

Pada akhirnya, kata Ferdinand, ketika Anies yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar gagal menang di Pilpres, mereka tidak lagi berpegangan pada konsep perubahan.

"Nyatanya mereka tidak mengusung itu dan tidak mempertahankan ideologi itu dan paling depan tiba-tiba menjadi penjilat, pengekor koalisi," ucap Ferdinand.

Ia melihat bahwa keputusan Prabowo untuk tidak mengikutsertakan NasDem dan PKS sebagai tamparan keras kepada partai-partai yang tidak teguh dengan prinsip awal mereka.

"Saya melihat ini tamparan keras dari pak Prabowo kepada Partai Politik yang tidak konsisten dengan pemikirannya," Ferdinand menuturkan.

Ferdinand pun merasa senang bahwa kedua partai tersebut tidak mendapat posisi di kabinet, dan menilai bahwa Prabowo bukan tipe pemimpin yang mudah dijilat.

"Saya malah senang melihat PKS dan NasDem tidak masuk di kabinet. Itu justru menunjukkan Prabowo Subianto bukan tipikal yang bisa dijilat-jilat," tambahnya.

"Memang ini akan menjadi pelajaran kedepan bagi Partai Politik kalau sudah berada di jalur yang diusung, yah konsisten lah dengan perubahan," sambung dia.

Ferdinand juga membandingkan PKS dan NasDem dengan PDIP, yang dianggapnya konsisten dengan sikap dan ideologi berkelanjutan, meskipun tidak bergabung dalam koalisi Prabowo.

"Beda dengan PDIP, waktu itu mengusung konsep berkelanjutan, meneruskan yang baik, memperbaiki yang harus diperbaiki," tukasnya.

Dijelaskan Ferdinand, PDIP tetap memiliki sikap tegas dan tidak berubah seperti NasDem dan PKS.

"Kalau sekarang PDIP ternyata tidak masuk di koalisinya Prabowo, saya yakin bukan karena tidak diinginkan, tapi PDIP yang punya sikap," imbuhnya.

Diyakini Ferdinand, Prabowo sangat menginginkan jika PDIP bisa bergabung dalam koalisi gemuknya.

"Meskipun saya percaya Prabowo sangat menginginkan PDIP bergabung, tapi PDIP punya sikap. Beda dengan NasDem dan PKS yang tidak punya sikap konsisten dengan pendiriannya," tandasnya.

Ferdinand bilang, PKS dan NasDem terlalu mudah goyah berbalik haluan. Namun pada ujungnya tak diberikan potongan kue oleh Prabowo.

"Dengan mudah berbalik berubah dan sekarang dilepeh dan dibuang begitu saja, kadernya tidak ada yang masuk. Akhirnya inilah pelajaran politik, saya melihat ini pelajaran politik yang berharga bagi semua partai," terangnya.

Melihat Calon Wakil Presiden Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang masuk susunan kabinet, Ferdinand menuturkan bahwa ada kekuatan yang bisa dimanfaatkan Prabowo.

"Kalau Cak Imin memang wajar diakomodir, bukan karena mereka sebagai Partai di koalisi lama, tapi memang Cak Imin dengan PKB adalah suatu kekuatan yang harus diamankan Prabowo," sebutnya.

Ferdinand menganggap bahwa Cak Imin dan PKB memiliki kekuatan massa yang cukup spartan di kalangan Nahdliyyin.

"Tentu itu sangat menjadi kekuatan yang harus diamankan untuk kelancaran pemerintahannya kedepan," kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Sentimen: positif (84.2%)