Sentimen
Negatif (97%)
11 Okt 2024 : 03.25
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Yogyakarta

Gempa Megathrust, 2 Kemantren di Jogja Ini Berpotensi Kena Imbas Paling Parah

11 Okt 2024 : 10.25 Views 2

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Gempa Megathrust, 2 Kemantren di Jogja Ini Berpotensi Kena Imbas Paling Parah

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja bersama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Yogyakarta menggelar sosialisasi terkait dengan gempa megathrust di Ruang Bima Balai Kota Jogja, Kamis (10/10/2024).

Kegiatan ini turut mengundang para pemangku kepentingan mulai dari mantrip among praja, lurah, hingga stakeholder di bidang pendidikan.

Sosialisasi ini menjadi upaya dalam rangka peningkatan kapasitas sumber daya manusia terkait dengan antisipasi dampak dari gempa megathrust yang diprediksi bisa terjadi sewaktu-waktu dan berdampak ke DIY.

Staf Operasional Pusat Gempa Bumi Regional 7 Gamping, Said Kristiawan menuturkan gempa megathrust merupakan hasil penelitian pusat studi gempa nasional yang bernaung di Kementerian PUPR.

Kajian ini dilakukan pada 2017 lalu. Said menuturkan DIY tak luput dari potensi terjadinya gempa megathrust.

Berdasarkan kajian itu, potensi gempa megathrust di DIY mencapai kekuatan maksimal hingga 8,7 magnitude. Namun, Said mengatakan bisa jadi gempa itu terjadi tidak sekaligus.

“Bisa terjadi tidak sekaligus. Jadi bisa dicicil gempanya kecil-kecil, itu yang kami harapkan kejadian megathrust ini tidak seperti apa yang kita hasilkan dari penelitian, tidak sekaligus menjadi kejadian gempa yang signifikan,” ujar Said saat ditemui di Balai Kota Jogja, Kamis .

Said menambahkan, gempa megathrust berpotensi menimbulkan tsunami. Untuk itu, wilayah pesisir pantai turut menjadi fokus perhatian. Di sisi lain, meski jauh dari wilayah pantai, tetapi warga di wilayah perkotaan seperti di Kota Jogja pun perlu mendapatkan pemahaman. Sebab selain menyebabkan tsunami, gempa megathrust juga berpotensi mengakibatkan kerusakan bangunan akibat guncangan yang kuat. Said mencatat ada wilayah yang berpotensi mengalami kerusakan yang paling parah jika gempa megathrust benar-benar terjadi di Yogyakarta, diantaranya adalah Kemantren Kotagede.

“Berdasarkan hasil penelitian kekuatan maksimal guncangan di permukaan itu ada di wilayah Kotagede akan meluruh terus ke arah utara. Berdasarkan analisa kami, kekuatan, struktur batuan, kondisi tanah itu sangat memengaruhi dari guncangan itu sendiri,” tuturnya.

Senada dengan Said, Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Jogja Aki Lukman Nor Hakim menuturkan Kemantren Kotagede berpotensi mengalami kerusakan yang paling parah saat terjadi gempa megathrust. Selain itu, ada juga Kemantren Umbulharjo.

Hal ini lantaran kedua kemantren itu berdekatan dengan Sesar Opak-Oya. “Berdasarkan analisa Sesar Opak-Oya, dampak terbesar di dua wilayah itu. Namun, tidak menutup kemungkinan, kan berdampingan dengan wilayah lain,” katanya.

BACA JUGA: Banyak yang Salah Memahami Soal Potensi Megathrust

Aki menuturkan, sejak isu gempa megathrust mencuat belakangan BPBD Kota Jogja banyak menerima permintaan sosialisasi dari berbagai komunitas masyarakat. Sejauh ini, sosialisasi terkait dengan kebencanaan dilakukan oleh BPBD melalui berbagai wadah.

Misalnya, lewat Sekolah Penanganan Aman Bencana (SPAB) yang menyasar SD dan SMP negeri hingga swasta di Kota Jogja. Selain itu, BPBD juga turut memberikan edukasi mitigasi bencana kepada pemangku wilayah di tingkat kelurahan hingga kemantren.

BPBD Kota Jogja juga memberikan tips saat terjadi gempa bumi. Ini dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi akibat gempa bumi.

“Gedung bertingkat berdasarkan Kemen-PUPR No. 16/2016, gedung bertingkat berjarak minimal 20 meter. Kalau ada gempa, suka tidak suka harus dihadapi. Cara menghadapinya adalah tidak panik, 20 detik setelah gempa tidak boleh lari dan 20 menit setelah gempa harus lari. Ini upaya meminimalkan korban.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: negatif (97%)