Sentimen
Positif (96%)
10 Okt 2024 : 09.24
Informasi Tambahan

BUMN: Perum BULOG

Kacuk Sumarto: Kebun Sawit Bisa Menjadi Solusi Kemandirian Pangan dan Energi Kamis, 10/10/2024, 09:24 WIB

10 Okt 2024 : 09.24 Views 2

Wartaekonomi.co.id Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News

Kacuk Sumarto: Kebun Sawit Bisa Menjadi Solusi Kemandirian Pangan dan Energi
Kamis, 10/10/2024, 09:24 WIB
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, menyebut jika perkebunan kelapa sawit berpotensi besar dalam kemandirian pangan dan energi tanpa perlu membuka lahan baru. Selain menghasilkan minyak sawit yang bisa dimanfaatkan untuk bahan baku energi baru dan terbarukan (EBT), Kacuk menegaskan bahwa perkebunan kelapa sawit bermanfaat untuk budidaya komoditas tanaman pangan.

Menurut Kacuk, ada sekitar 1 juta hektare (ha) lahan dari siklus peremajaan sawit (replating) setiap tahunnya yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman non-sawit.

Baca Juga: APKASINDO Soroti Kesetaraan Petani Sawit Indonesia: Banyak Hal Perlu Diperjuangkan

"Lahan seluas 1 juta hektare ini berasal dari program peremajaan tahunan tanaman kelapa sawit," ujar Kacuk dalam keterangannya yang diterima Warta Ekonomi, Rabu (9/10/2024).

Dari total 16,2 juta hektare kebun sawit di Indonesia, sambungnya, siklus peremajaan ada setiap 25 tahun. Sementara program peremajaan sawit tiap tahunnya bisa mencapai 648.000 ha.

“Nah, jika diberakan atau tidak diolah, maka potensi lahan yang tersedia untuk tanaman sela setiap tahunnya sekitar 240% dari 648.000 ha atau sekitar 1,5 juta ha. Sementara jika diberakan atau langsung diolah sekitar 140% atau 1 juta ha,” jelasnya.

Maka dari itu, Kacuk mengungkapkan bahwa potensi pemanfaatan lahan perkebunan sawit untuk tanaman sela sangatlah besar. Dia memberi contoh lahan tersebut dapat menghasilkan 8 – 12 juta ton per tahunnya apabila ditanami sorgum.

Baca Juga: Wamentan Rinci Tantangan yang Harus Dihadapi Industri Sawit

Sementara itu, jika ditanami dengan singkong, maka potensi produksinya mencapai 45 – 70 juta ton per tahunnya. Untuk kedelai, potensi produksinya berkisar antara 2,9 hingga 4,5 juta ton, sementara untuk jagung, bisa menghasilkan 8 hingga 12,4 juta ton per tahun.

Lebih lanjut, praktik optimalisasi lahan ini sebelumnya telah diuji oleh perkebunan sawit empunya PT Paya Pinang Group di Sumatera Utara. Hasilnya pun cukup memuaskan. Kendati demikian, Kacuk menyebut jika pentingnya keberadaan off-taker yang akan membeli hasil panen tanaman sela itu.

Kacuk pun dalam hal ini menyarankan agar pemerintah, melalui Perum Bulog, memainkan peran aktif dalam menyerap hasil panen dari program tersebut.

Baca Juga: PT USTP Maksimalkan Potensi Lahan Marjinal Sawit Demi Produktivitas Tinggi

Akan tetapi, apabila tidak ada off-taker, maka dia menyarankan agar hasil panenya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sekitar perkebunan. Tujuannya adalah mengurangi biaya logistik yang tinggi.

“Dengan demikian, konsep ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan nasional, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat lokal,” tutur Kacuk.

Kacuk menilai jika konsep optimalisasi lahan sawit ini mempunyai multiplier-effect tinggi. Khususnya dalam memperkuat ketahanan ekonomi pedesaan.

Baca Juga: Ketua APKASINDO: Program Biodiesel Bukan Ancaman, Melainkan Peluang untuk Petani Sawit

"Dengan mengoptimalkan lahan perkebunan sawit, kita bisa mencapai kemandirian pangan tanpa harus membuka lahan baru," jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Sentimen: positif (96.6%)