Sentimen
Negatif (99%)
8 Okt 2024 : 02.03
Informasi Tambahan

Institusi: UGM

Kab/Kota: Sleman, Biak

Kasus: Demam berdarah dengue

Waspadai Potensi Nyamuk Aedes Aegypti Berkembang Biak

8 Okt 2024 : 09.03 Views 3

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Waspadai Potensi Nyamuk Aedes Aegypti Berkembang Biak

Harianjogja.com, SLEMAN— Cuaca di Jogja yang terkadang hujan disertai panas menyengat akhir-akhir ini dikhawatirkan memicu pertumbuhan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue. Warga diimbau untuk menutup genangan dan bak penampungan air terbuka untuk menekan pertumbuhan nyamuk penyebab demam berdarah dengue (dbd).

Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, Riris Andono Ahmad mengungkapkan situasi saat ini tergolong cocok untuk tumbuh kembang nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk pembawa virus dengue ini membutuhkan tempat peindukan untuk berkembang biak. Bila hujan turun hanya sesekali lalu cuaca cerah beberapa hari, telur nyamuk yang diletakkan dampat tumbuh dan berkembang tanpa gangguan.

BACA JUGA: Orang Sudah Terinfeksi Masih Bisa Terkena DBD Lagi, Ini Penjelasan Pakar

"Kalau hujannya itu terus menerus kalau bertelur, telurnya akan tergelontor [terbawa air]. Tapi kalau hujan, terang, ada genangan, itu bisa menjadi tempat berkembang biak," kata Riris dikutip pada Senin (7/10/2024).

Penyebaran kasus DBD lanjut Riris biasanya tinggi pada awal dan akhir musim penghujan. Penyebabnya sama karena intensitas hujan yang jarang sehingga membuat genangan tempat berkembangnya nyamuk pembawa dengue banyak bermunculan. 

Akan tetapi Riris memprediksi kasus DBD yang terjadi pada awal musim penghujan kali ini tak akan setinggi kasus DBD musim lalu. Pasalnya secara epidemiologis, kasus akan turun pasca wabah yang tinggi di musim sebelumnya. Mengimbau pada akhir 2023 dan awal 2024, Riris mencatat adanya kenaikan kasus DBD tidak hanya di tingkat nasional bahkan secara global.

"Kemungkinan kalau pun ada kasus bisa jadi tidak terlalu tinggi kalau ada kasus DBD. Umumnya seperti itu epidemiologis, biasanya setelah ada outbreak yang tinggi maka kemudian berikutnya menjadi relatif tidak tinggi [kasusnya]," jelasnya. 

Alasan penurunan ini tak lain karena munculnya ketahanan pada warga, sehingga kasus DBD cenderung turun. Namun nantinya ketika imunitas di populasi semakin lama semakin menurun, maka wabah akan muncul kembali. 

"Karena sebelumnya ada infeksi yang tinggi, imunitasnya meningkat di populasi sehingga di tahun berikutnya menjadi rendah kejadiannya," tandasnya. 

Kendati kasus DBD berpotensi rendah usai meningkatnya imunitas populasi, masyarakat diimbau Riris tetap melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Cara ini diharapkan mampu menekan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue. 

"Tetap lakukan PSN secara rutin, minimal sepekan sekali," tegasnya. 

Sentimen: negatif (99.5%)