Takut Sendirian di Ruang Isolasi Bikin Tahanan KPK Rela Bayar Pungli
Detik.com Jenis Media: Metropolitan
Mantan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Sulawesi Selatan, Edy Rahmat, merasa takut jika dirinya sendirian menghuni ruang isolasi gedung KPK lama. Akhirnya, dia memilih membayar pungutan liar (pungli) kepada petugas Rutan KPK.
Dirangkum detikcom, Selasa (1/10/2024), Edy Rahmat menjadi saksi dalam persidangan kasus pungli di Rutan KPK. Edy hadir secara virtual karena sedang menjalani hukuman penjara di Lapas Kejari Makassar.
Mulanya, Edy mengatakan dia membayar untuk penggunaan handphone senilai Rp 17 juta saat awal ditahan di Rutan KPK dan harus membayar setoran bulanan sebesar Rp 5 juta. Menurutnya, ada hukuman yang harus diterima jika tak patuh membayar setoran bulanan, yaitu dipindah ke ruang isolasi, pembatasan jam dan larangan olahraga di luar hingga harus bersih-bersih.
"Kalau nggak mau membayar uang bulanan Rp 5 juta itu apa sih dampaknya yang dialaminya nanti?" tanya jaksa di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin (30/9/2024).
"Kalau kami kalau nggak bayar, Pak, dipindahkan ke lantai 9 (isolasi) sama disuruh bersih-bersih, dilarang olahraga," jawab Edy.
Hakim lalu mendalami pernyataan Edy soal dipindah ke ruang isolasi. Edy mengaku takut diisolasi karena dia hanya sendirian di ruangan. Dia juga mengaku pernah mendengar bunyi-bunyi di ruang tersebut.
"Itu apa yang menjadikan perbedaan antara ruang isolasi dengan ruang umum itu apa? Kok menjadi nanti dimasukkan lagi ke isolasi, apa sih yang menakutkan di ruang isolasi itu?" tanya hakim.
"Kalau diisolasi, Yang Mulia, kan di lantai 9, tidak ada orang lain, Yang Mulia. Jadi itu yang kami takutkan, sendiri. Apalagi pernah kami rasakan ada yang bunyi-bunyi di situ," jawab Edy.
Hakim sempat tertawa mendengar jawaban Edy. Hakim bertanya apakah Edy sedang ditakut-takuti oleh orang lain atau tidak.
"Hehe, memang ada yang benar ada yang menunggui atau yang ditakut-takutin?" tanya hakim.
"Ya ada yang menunggu juga, ada yang takut-takutin juga, Yang Mulia," jawab Edy.
Hakim terus bertanya mengapa Edy merasa takut di ruang isolasi. Edy mengklaim pintu WC di area isolasi itu pernah terbuka dan tertutup sendiri.
"Pernah saya rasakan itu, Yang Mulia, pintunya kayak, pintu WC itu kadang terbuka kadang tertutup, bunyi kalau tengah malam," jawab Edy.
Hakim pun kembali tertawa sambil bertanya apakah bunyi-bunyi itu hilang setelah membayar setoran Rp 20 juta. Edy pun membenarkan hal itu.
"He-he-he... kalau sudah dibayar nggak bunyi lagi dia? Ha-ha-ha.... Karena uang Rp 20 juta aman semua ya?" ujar hakim sambil tertawa.
"Iya, Yang Mulia," sahut Edy.
"Tapi katanya ada 2 orang atau 3 orang di dalam itu?" tanya hakim.
"Iya biasanya kalau sudah selesai biasa kosong di atas, Yang Mulia," jawab Edy.
Sentimen: negatif (98.3%)