Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Domba
Kab/Kota: Solo
Jimly Minta Publik Maafkan Gibran Soal Akun Kaskus, Said Didu: Selamat Datang Profesor Fufufafa
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, memberikan tanggapan terkait pernyataan pakar hukum tata negara, Jimly Asshiddiqie.
Seperti diketahui, Jimly meminta publik memaafkan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dalam kasus dugaan kepemilikan akun Fufufafa.
"Selamat datang Professor Fufufafa," ujar Said Didu dalam keterangannya di aplikasi X @msaid_didu (24/9/2024).
Sindiran tegas menunjukkan sikap ketidaksetujuannya terhadap ajakan Jimly untuk memaafkan Gibran, yang namanya dikaitkan dengan akun anonim Fufufafa.
Meskipun permintaan maaf telah diajukan oleh Jimly untuk menenangkan situasi, tanggapan sinis dari berbagai kalangan tetap mencuat.
Diketahui, Pengamat Hukum Damai Hari Lubis dalam keterangan tertulisnya menyebut, melalui statemen Jimly kepada Gibran, ia bakal meminta bangsa ini agar memaafkan juga atas segala kejahatan Jokowi.
Kejahatan yang dimaksud itu terkait pembangkangan konstitusi (disobidience), bahkan kejahatan konsitusi yang pernah Jokowi lakukan, dan dampak kerugian konstitusi yang dialami seluruh bangsa ini akan berkelanjutan.
Utamanya, akibat kejahatan Jokowi tehadap keluarga korban keganasan PKI. Jo. Keppres RI No. 17- 2022 Jo. Inpres RI. No. 2- 2023.
Pakar Hukum Tata Negara, Jimly Asshiddiqie, belum lama ini memberikan pandangannya terkait akun anonim "Fufufafa" yang belakangan ramai diperbincangkan.
Dikatakan Jimly, fenomena tersebut mencerminkan rendahnya peradaban demokrasi di Indonesia.
"Fufufafa, tidak lain cermin tingkat pradaban demokrasi masih rendah dan kampungan," ujar Jimly dalam keterangannya di aplikasi X @JimlyAs (14/9/2024).
Menurut Jimly, unggahan akun tersebut didominasi oleh kampanye negatif dan serangan pribadi.
"Sangat didominasi negative dan black campaign, nyerang pribadi," tukasnya.
Jimly menilai bahwa meskipun informasi yang disebarkan oleh akun itu mungkin ada benarnya, kejadian yang diangkat sudah berlalu cukup lama, bahkan sekitar sepuluh tahun yang lalu saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
"Misalpun orangnya memang benar, kejadiannya waktu Pilpres 10 tahun lalu," sebutnya.
Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk tidak lagi memfokuskan diri pada hal-hal yang hanya memperkeruh situasi politik saat ini.
"Sudah lah lupakan saja, apalagi kalau cuma untuk adu domba Presiden terpilih vs wakilnya," kuncinya.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: negatif (98.3%)