Sentimen
Negatif (86%)
19 Sep 2024 : 16.36

Jokowi Ingatkan 85 Juta Pekerjaan Hilang Tahun Depan Imbas AI

19 Sep 2024 : 23.36 Views 2

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Jokowi Ingatkan 85 Juta Pekerjaan Hilang Tahun Depan Imbas AI

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengingatkan, 85 juta lapangan pekerjaan kemungkinan hilang pada tahun 2025 imbas kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau otomasi di berbagai sektor.

Hal ini selaras dengan prediksi Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) tahun 2020 dalam laporan Survei Pekerjaan Masa Depan.

"Kalau kita baca, 2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Pekerjaan akan hilang 85 juta. Sebuah jumlah yang tidak kecil," kata Jokowi dalam pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 di Surakarta, Jawa Tengah, dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (19/9/2024).

Baca juga: Jokowi Ingin Indonesia Hilirisasi Rumput Laut Jadi Bahan Bakar Pesawat Terbang

Kepala Negara mengungkapkan, awalnya, hanya ada otomasi mekanik yang merambah ke berbagai sektor kerja, sehingga tenaga manusia masih diperlukan.

Lalu, saat ini, muncul otomasi analytics yang sudah digunakan.

Tidak menutup kemungkinan, otomasi lainnya bakal diadopsi perusahaan.

Dia mengatakan, hal ini menjadi salah satu tantangan ketika dunia dihadapkan pada minimnya lapangan pekerjaan.

Pengembangan pasar kerja bisa terbentur dengan tantangan ini, selain karena pelemahan ekonomi global.

"Kita dituntut untuk membuka lapangan pekerjaan. Justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi, adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor," ucap Jokowi.

Baca juga: Megawati Harap Pengembangan AI Sejalan dengan Semangat Kemerdekaan

Tantangan lainnya yakni perlambatan ekonomi global yang tengah menghantui banyak negara.

Seturut prediksi Bank Dunia (World Bank) pertumbuhan ekonomi tahun 2024 hanya mencapai 2,6 persen, dan tahun 2025 hanya 2,7 persen.

Angka ini masih jauh dari yang diharapkan banyak negara.

Belum lagi, pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral di sejumlah negara demi menekan tingkat inflasi.

Baca juga: Pidato di Rusia, Megawati Ungkap Kekhawatirannya soal Penyalahgunaan AI untuk Kekuasaan

Kemudian, hadirnya gigs economy yang membuat perusahaan lebih memilih tenaga kerja serabutan maupun freelancer dibanding pekerja tetap.

"Artinya apa kalau moneter direm? Artinya industri pasti akan turun produksinya, otomatis perdagangan global juga akan turun kapasitasnya," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sentimen: negatif (86.5%)