Sentimen
Negatif (88%)
7 Sep 2024 : 12.12
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Pilkada Serentak

Kab/Kota: Indramayu

Kasus: korupsi

Maju Lagi di Pilkada Indramayu, Pengamat Soroti Komitmen Lucky Hakim

Rmol.id Rmol.id Jenis Media: Nasional

7 Sep 2024 : 12.12
Maju Lagi di Pilkada Indramayu, Pengamat Soroti Komitmen Lucky Hakim

Lucky menggandeng Syaefudin sebagai pasangannya dengan mendapatkan dukungan dari sejumlah partai politik. 

Namun, majunya pasangan Lucky dan Syaefudin menjadi sorotan. 

Ketua Padepokan Hukum Indonesia, Musyanto, menilai Lucky Hakim telah mengkhianati warga Indramayu saat mundur sebagai wakil bupati, sedangkan Syaefudin memilih melawan partainya sendiri.

"Ada beberapa partanyaan. Pertama adalah terkait kemampuannya sebagai pejabat karena saat menjadi wakil bupati saja dirinya mengaku tak sanggup mengemban amanah," kata Musyanto dalam keterangan yang dikutip Kamis (5/9).

Lucky, pria berusia 44 tahun, memilih mundur di tengah masa jabatannya sebagai Wakil Bupati Indramayu dengan alasan ia tak bisa bekerja dengan benar.  Lalu sekarang, ia maju lagi di Pilkada 2024.

"Kedua, bagaimana komitmennya kelak bila terpilih sebagai bupati. Jangan-jangan dia malah memilih mundur lagi saat tak mampu menghadapi masalah," tambah Musyanto.

Track record politik Lucky Hakim sejak awal karirnya juga terbilang penuh kontroversi. Ketika didaulat menjadi anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional pada 2014, Lucky Hakim dituduh mencuri suara koleganya di PAN, Intan Fitriana Fauzi, hingga berujung dipecatnya Lucky Hakim dari PAN pada 2018.

Masalah yang melibatkan pria yang lebih dulu dikenal sebagai artis tersebut terus datang setelah pemecatan itu. Saat menjadi ketua Nasdem Indramayu pun Lucky Hakim juga diduga menerima aliran dana dari ketua KPUD Indramayu terkait pemilihan legislatif meski masalah ini hilang tanpa ada jawaban.

Tak hanya itu, saat menjabat sebagai Wakil Bupati Indramayu, Lucky mengunjungi Pesantren Al Zaitun yang saat itu tengah menjadi sorotan.

Menurut Musyanto, Lucky seharusnya menyadari keterbatasannya dalam menjalankan amanah sebagai pejabat publik, bukan malah bersikeras untuk kembali mencalonkan diri. Musyanto khawatir jika terpilih kembali, Lucky akan mundur lagi di tengah jalan.

Pasangannya, Syaefudin , juga dinilai sebagai sosok kontroversional terlebih setelah sempat dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. 

Pada awal tahun 2021, Syaefudin hendak dimintai keterangan oleh KPK sebagai saksi untuk tersangka Abdul Rozaq Muslim (ARM) yang diduga menerima imbalan karena membantu Carsa selaku kontraktor pelaksana proyek untuk memperoleh sejumlah proyek di Dinas Bina Marga Kabupaten Indramayu.

"Melihat sepak terjang keduanya, masyarakat Indramayu harus lebih waspada ketika melihat pasangan Lucky Hakim-Syaefudin ini. Bukan karena tidak percaya pada keduanya, tapi sikap kritis haruslah dikembangkan agar Indramayu bisa menjadi daerah yang lebih maju lagi," pungkas Musyanto.

Lucky juga diduga memicu perpecahan di Partai Gerindra. Sebab meskipun DPP, DPC, PAC, hingga Ranting Partai Gerindra secara resmi mendukung pasangan Bambang Hermanto dan Kasan Basari, ada ratusan orang yang mengaku sebagai kader Gerindra yang justru ingin mendukung pasangan Lucky Hakim dan Syaefudin. 

Tak hanya di Partai Gerindra, Lucky Hakim juga diduga menjadi penyebab perpecahan di Partai Golkar. Isu perpecahan muncul setelah partai ini memberikan rekomendasi kepada pasangan Bambang Hermanto dan Kasan Basari untuk maju dalam Pilkada Indramayu 2024 sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati. 

Musyanto juga menyoroti langkah Syaefudin, Ketua DPRD Indramayu sekaligus Ketua DPD Golkar Indramayu, alih-alih memimpin Partai Golkar untuk mendukung pasangan resmi yang diusung partai, ia justru memilih untuk mendampingi Lucky dan memposisikan dirinya sebagai lawan dari pasangan Bambang Hermanto dan Kasan Basari.

"Komitmen Syaefudin terhadap partainya saja menjadi pertanyaan karena maju dalam kontestasi meski harus melawan partainya sendiri. Langkah taktis seperti ini wajib menjadi perhatian warga," kaya Musyanto.

Sentimen: negatif (88.9%)