Sentimen
Positif (64%)
6 Sep 2024 : 06.00
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

(Bukan) Akhir Karier Politik Anies Baswedan

6 Sep 2024 : 06.00 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

(Bukan) Akhir Karier Politik Anies Baswedan

SETELAH kalah dalam Pilpres 2024 dan gagal mencalonkan diri dalam Pilkada Jakarta 2024, bagaimana nasib karier politik Anies Baswedan? Apakah 2024 akan menjadi tahun terakhir Anies di dunia politik?

Bagaimana proyeksi pendirian partai politik baru yang sempat diwacanakan Anies sehari setelah ia betul-betul gagal mencalonkan diri dalam Pilkada Jakarta?

Jika kita percaya pada pernyataan mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, yang telah menjadi ortodoksi dalam politik, bahwa “dalam perang, Anda hanya bisa dibunuh satu kali, tetapi dalam politik Anda bisa dibunuh berkali-kali,” maka Anies Baswedan bisa hidup dan bangkit kembali menapaki karier politiknya.

Pada 2024, Anies mungkin "terbunuh" dua kali karena kalah dalam Pilpres dan gagal menjadi calon gubernur Jakarta, meskipun elektabilitas tertinggi dalam pelbagai hasil survei.

Penyebab utamanya adalah partai politik tidak mengusungnya. Hanya Partai Buruh dan Partai Ummat yang mendukungnya.

Kedua partai politik tersebut tidak memiliki akumulasi suara yang cukup untuk memenuhi ambang batas pencalonan sebesar 7,5 persen suara untuk Pilkada Jakarta 2024.

Di ujung pendaftaran calon, PDI Perjuangan memang memberikan sinyal untuk memasangkan Anies dan Rano Karno. Namun, sinyal tersebut melemah, dan PDIP memilih mencalonkan kadernya, Pramono Anong dan Rano Karno.

Sementara PKB, Nasdem dan PKS yang awalnya menyatakan dukungan kepada Anies berputar haluan dengan bergabung ke dalam koalisi besar, Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, dan mengusung pasangan Ridwan Kamil dan Suswono.

Anies menyebut fenomena perubahan dan peralihan dukungan partai politik tersebut sebagai partai politik yang tersandera kekuasaan.

Partai politik dan Anies sama-sama tersandera

Sementara partai politik tersandera kekuasaan, Anies juga ‘tersandera’ dengan netralitas dan independensi.

Ia enggan bergabung ke dalam partai politik karena ingin menjadi tokoh politik yang netral dan independen sehingga bisa merangkul semua kelompok dan kalangan.

Ia ‘terhipnotis’ dengan popularitas dan elektabilitas dirinya. Ia abai bahwa realitas politik elektoral bukan hanya soal elektabilitas, tetapi juga soal partai politik dengan relasinya dengan kekuasaan.

Terlepas dari kenyataan pahit bahwa partai politik kita sedang tidak baik-baik saja, membangun dan mengelola partai politik bukan perkara mudah.

Butuh pengorbanan, ketekunan dan kesabaran, butuh energi besar, butuh logistik yang tidak sedikit serta butuh jejaring luas. Dan Anies menyimpulkan partai politik kita tersandera kekuasaan, ‘hanya’ karena ia tidak diusung dalam Pilkada Jakarta 2024.

Padahal, Anies memiliki rejak jejak diusung oleh partai politik berbeda. Mulai dari Gerindra dan PKS pada Pilkada Jakarta 2017 hingga Nasdem, PKB dan PKS pada Pilpres 2024. Mungkin dalam Pilkada Jakarta 2024, keberuntungan politik sedang tidak berpihak pada Anies.

Sentimen: positif (64%)