JAKARTA, KOMPAS.com - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo mengungkapkan, Paus Fransiskus dikabarkan memilih mengenakan sepatu tuanya dalam lawatan ke Indonesia, 3-6 September 2024.

Suharyo yang menjadi orang dekat Sri Paus setelah dirinya diangkat sebagai kardinal sejak 2019 itu berujar, tak biasanya Paus Fransiskus mengenakan sepatu ini.

"Kemarin saya sengaja memperhatikan sepatunya. Saya kan dekat ya, melihat sepatunya. Biasanya Bapa Suci itu memakai sepatu merah atau putih, tapi kemarin saya lihat sepatunya itu hitam dan sudah lekuk-lekuk, tandanya sudah lama dipakai," kata dia kepada wartawan di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

"Itu bukan sekadar kebetulan, itu pilihan," kata dia menegaskan.

Baca juga: Kisah Kesederhanaan Paus Fransiskus: Dari Bus hingga Arloji Plastik

Ia menekankan latar belakang Paus Fransiskus sebagai anggota Ordo Serikat Yesus (Yesuit)--ordo dalam Gereja Katolik Roma yang terkenal dengan kedisiplinan dan tiga kaul sucinya: taat, selibat, dan melarat.

"Spiritualitas yang amat sangat menonjol, yang biasanya sekarang menggunakan istilah yang lebih populer, itu diskresi. Jadi, memilih. Itulah spritualitas dasar anggota Serikat Yesus," kata Suharyo.

"Kalau sekarang Bapa Suci memilih hidup sederhana, itu adalah buah dari diskresi," ujar dia.

Menurut Suharyo, Paus Fransiskus juga dengan sengaja memilih Indonesia sebagai pendaratan pertamanya dalam kunjungan apostolik Sri Paus ke Asia Pasifik.

Baca juga: Kesederhanaan Paus Fransiskus Saat Tiba di Indonesia: Tak Pakai Jet Pribadi hingga Tumpangi Mobil Innova

Selama lawatannya ke Tanah Air, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma itu dijadwalkan bertemu Presiden Joko Widodo, bertandang ke Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, serta memimpin misa di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Stadion Madya di hadapan lebih dari 80.000 umat Katolik dari berbagai penjuru.

Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia diwarnai dengan pesan kesederhanaan yang sangat kentara.

Pria bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu memilih terbang menggunakan pesawat komersial ITA Airways ketimbang jet pribadi, enggan menginap di hotel dan pilih bermalam di Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan, serta meminta agar dijemput dengan mobil yang sehari-hari dipakai oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.