Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bantul
Tokoh Terkait
5 Hektare Lahan Pertanian di Dlingo Terdampak Kekeringan, Pompa Air Terbatas, Petani Panen Dini
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, BANTUL—Dampak kemarau panjang menyebabkan sedikitnya 6 hektare lahan pertanian di Kapanewon Dlingo, Bantul mengalami kekeringan. Akibatnya, tanaman pangan harus dipanen dini.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo menuturkan sekitar 5-6 hektar lahan pertanian di Kapanewon Dlingo saat ini mengalami kekeringan. Selain tanaman jagung, komoditas kacang tanah juga terdampak bencana kekeringan.
BACA JUGA: Dampak Kekeringan, Ratusan Hektare Tanaman Pangan di DIY Gagal Panen
Kedua komoditas tersebut harus dipanen dini dan digunakan untuk pakan ternak karena belum siap panen. "Yang paling banyak [terdampak kekeringan] komoditas jagung, jadi harus dipanen dini untuk pakan ternak," ujarnya, Kamis (22/8/2024).
Beberapa lahan pertanian yang ditanami padi, lanjut Joko, juga gagal panen. Hanya saja, kata Joko, luas lahan yang terdampak tidak sebanyak kedua komoditas tersebut. "Sebelumnya Gubernur DIY telah mengeluarkan edaran terkait status darurat kekeringan pada 1-31 Agustus 2024. Kami, melalui penyuluh pertanian telah memberikan himbauan kepada petani untuk mengantisipasi kekeringan selama musim kemarau," katanya.
Dia mengimbau agar petani menanam tanaman palawija yang tidak memerlukan banyak air. Petani juga diminta untuk menghemat air yang ada. "Kami meminta petani untuk mengantisipasi [kekeringan] dengan menyiapkan pompa milik perseorangan di daerah yang ada sumber airnya," katanya.
Sementara Kepala Bidang Sarana Prasarana Pertanian DKPP Bantul, Muhammad Arifin Hartanto menuturkan di Bantul telah ada sekitar 5 ribu unit pompa air di Bantul yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kekeringan. Pompa air tersebut diharapkan dapat membantu pengairan lahan persawahan selama musim kemarau.
"DKPP Bantul juga telah memiliki jaringan irigasi tersier dan kuarter yang dapat mengoptimalkan pengairan lahan pertanian," terangnya.
Pompa Terbatas
Sementara Lurah Muntuk, Dlingo, Marsudi menyampaikan lahan pertanian di Muntuk yang mengalami kekeringan mencapai sekitar 360 hektare dari total lahan pertanian yang ada sekitar 600 hektare. Di lahan tersebut pertanian jagung, kedelai, dan kacang tanah yang baru ditanami sekitar satu setengah bulan mengalami gagal panen.
Tanaman-tanaman tersebut akhirnya digunakan untuk pakan ternak. Padahal, komoditas tanaman tersebut seharusnya dapat dipanen diusia tiga bulan. "Kondisi ini sudah dua bulan lalu [Juni 2024]. Kami sudah membersihkan lahan yang biasa ditanami jagung," katanya.
Dia menyayangkan jumlah pompa air yang ada masih terbatas. Saat ini 21 kelompok tani yang ada masing-masing hanya memiliki satu pompa air. Padahal satu kelompok tani beranggotakan sekitar 50-60 orang.
Dengan pompa air yang ada menurutnya hanya dapat digunakan untuk mengairi sekitar 20 persen lahan pertanian yang ada. "Musim kemarau [lahan pertanian] kami menjadi lahan tidur, tidak bisa digunakan untuk menanam karena tidak ada air," katanya.
Selama musim kemarau, petani setempat beralih ke aktivitas lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa diantara memilih menjadi kuli di daerah lain. Dia pun berharap ada tambahan pompa air. Sehingga petani tetap dapat beraktivitas selama musim kemarau.
"[Lokasi] Kami dekat dengan sungai yang debit airnya bisa cukup [untuk pertanian], kalau bisa itu [air sungai] dipompa dan dibuatkan tampungan utama agar dapat disalurkan ke seluruh [lahan] pertanian," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: negatif (79.5%)